Tunggu Suasana Kondusif, Alibaba Tunda Listing di Hong Kong
Hide Ads

Tunggu Suasana Kondusif, Alibaba Tunda Listing di Hong Kong

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 21 Agu 2019 15:34 WIB
Foto: internet
Jakarta - Alibaba Group Holding Ltd menunda rencana listing kedua mereka di bursa saham Hong Kong. Keputusan ini diambil terkait meningkatnya gelombang protes yang tengah melanda negara yang menjadi pusat keuangan Asia tersebut.

Juni lalu, raksasa e-commerce asal China ini membicarakan rencana listing kedua kalinya di bursa saham Hong Kong, secepatnya pada paruh kedua tahun ini. Dikutip dari CNBC, Rabu (21/8/2019), penawaran itu akan membuat perusahaan meraup dana hingga USD 20 miliar (sekitar Rp 284 triliun).

Tujuan penting listing kedua tersebut adalah untuk mendiversifikasi sumber pendanaan perusahaan dan menaikkan likuiditas, terutama ketika berbagai perusahaan China menghadapi serangan bertubi-tubi dari pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT




Rencana listing Alibaba di Hong Kong diawasi ketat oleh komunitas keuangan, karena dampaknya pada indikasi lingkungan bisnis di wilayah yang dikuasai China, dan menjadi 'jendela' untuk membaca situasi di pasar Beijing.

Sementara ini, belum ada jadwal baru yang ditetapkan untuk listing tersebut. Alibaba bisa saja meluncurkan kesepakatan dengan Hong Kong di awal Oktober dan berupaya mendulang USD 10-15 miliar ketika ketegangan situasi politik Hong Kong mereda dan kondisi pasar kembali normal.

Seperti diketahui, lebih dari 100.000 warga Hong Kong kembali berdemonstrasi pada Minggu (18/08) di tengah hujan lebat dan peringatan keras dari China.

Demonstrasi telah memasuki pekan ke-10 yang sempat diwarnai bentrokan, tetapi pawai akbar pada akhir pekan ini berjalan damai.

Protes semula dipicu kemarahan atas rancangan undang-undang ekstradisi yang sebenarnya telah ditangguhkan tanpa batas waktu. RUU dikhawatirkan akan menggerus kebebasan-kebebasan khusus yang dinikmati warga Hong Kong selama ini. Belakangan tuntutan dan keprihatinan masyarakat Hong Kong meluas, termasuk tuntutan reformasi demokrasi dan politik.




"Sangat tidak bijak melakukan kesepakatan (listing) saat ini atau dalam waktu dekat. Ini pasti akan mengganggu Beijing dan Hong Kong," kata sumber yang tidak disebutkan namanya.


(rns/krs)