Perusahaan yang dinahkodai Nadiem Makarim ini rencananya mengumpulkan dana hingga USD 2 miliar. Sebuah anggaran yang bisa menjadi modal Go-Jek, di mana mereka sedang melebarkan sayap bisnisnya ke Asia Tenggara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Valuasi tersebut tentunya bisa mendekatkan Go-Jek sebagai startup pertama Indonesia yang menyabet 'gelar' decacorn, sebuah istilah perusahaan rintisan yang nilainya lebih dari USD 10 miliar.
Sebelumnya, Go-Jek bersama dengan Tokopedia, Traveloka, dan Bukalapak sama-sama startup yang berada di level unicorn, perusahaan rintisan yang valuasinya di atas USD 1 miliar.
Sejauh ini, belum termasuk rumor pedanaan dari Google, Tencent, dan JD.com yang terbaru, Go-Jek telah mengumpulkan lebih dari USD 2 miliar dari berbagai investor, termasuk putaran USD 1,4 miliar pada tahun lalu hingga membuat perusahaan ride hailing ini memiliki nilai bisnis sebesar USD 5 miliar.
Go-Jek pertama kali berdiri pada tahun 2010. Ketika itu, go-Jek melayani transportasi ojek yang mengandalkan call center. Pada tahun 2015, Nadiem membawa Go-Jek lebih inovatif lagi dengan menghadirkan aplikasi sampai populer hingga sekarang ini.
Go-Jek sendiri sejauh ini telah mengembangkan bisnis di luar transportasi dengan menawarkan fintech dan layanan lainnya di Indonesia. Unicorn Indonesia ini juga telah memperluas pasar ke Vietnam melalui Go-Viet, Thailand dengan brand Get dan Singapura dalam waktu dekat ini. (agt/agt)