Pria berusia 74 tahun ini mengatakan solusi yang dibuat Huawei adalah kelas dunia dan akan memecahkan berbagai masalah yang dihadapi negara-negara Barat. Terutama soal telekomunikasi di area pedesaan dan jarang penduduk.
"Mereka bodoh dan akan kehilangan uang jika tidak membeli produk kami. Kami punya banyak hal yang dibutuhkan oleh Amerika dan Eropa dan mereka akan membelinya dari kami," klaimnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ren yang sebelumnya jarang berbicara pada media sejak membentuk Huawei pada tahun 1987, sedang berusaha memperbaiki citra perusahaannya. Ia mengakui dipaksa tampil agar konsumen dan pegawai tenang di masa sulit ini.
Huawei sedang diselidiki berbagai negara karena menurut Amerika Serikat, mengizinkan pemerintah China melakukan aksi mata-mata. Ren menyatakan akan tetap coba menjual perangkatnya meski ditolak suatu negara.
"Tapi saya akan fokus ke negara-negara yang mau membeli produk kami," sebut Ren, seperti dikutip detikINET dari South China Morning Post.
.
Sebelumnya dalam email yang dikirim ke para karyawan Huawei, Ren mengakui perusahaannya akan bersiap-siap mem-PHK sejumlah karyawannya setelah Huawei ditimpa bermacam pelarangan terkait perangkat jaringan 5G bikinannya.
"Dalam beberapa tahun ke depan, situasinya secara keseluruhan mungkin tak akan secerah yang dibayangkan, kami harus menyiapkan diri untuk masa sulit," tulis Ren dalam email yang dikirimkan ke para karyawan Huawei.
Ditambahkannya, target dan tujuan perusahaan yang dinilai tak lagi realistis juga harus diubah. Surat ini ia kirimkan ke karyawannya setelah berbagai tudingan terkait keamanan dan privasi yang mendera Huawei tak kunjung reda.
"Kami juga perlu mengorbankan sejumlah karyawan medioker dan mengurangi pengeluaran untuk gaji," tambahnya.
Tonton juga video 'Huawei Gandeng Lazada Pasarkan Y7 Pro 2019':
(fyk/krs)