Selain Go-Jek, perusahaan ride sharing asal China Didi Chuxing bertindak lebih jauh dengan mendaftarkan permintaan untuk masuk ke Vietnam melalui Kementerian Transportasi. Namun demikian untuk saat ini, permintaan Didi Chuxing belum dapat dipenuhi karena waktunya dinilai belum tepat.
"Go-Jek dari Indonesia mengeksplorasi kesempatan di pasar Vietnam, Didi Chuxing dari China juga melakukan langkah yang sama," kata Nguyen Tuan Thuy, Wakil Kepala Departemen Transportasi Vietnam yang dikutip detikINET dari Vietnam Investment Review.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Go-Jek saat ini dikabarkan sedang mengumpulkan tim ahli untuk memuluskan jalan mereka ekspansi di Vietnam dan mendobrak dominasi Grab. Memang setelah mengakuisisi Uber, praktis Grab tanpa lawan di sana.
Tapi Vietnam tampaknya berhati-hati menerima perusahaan ride sharing asing. Harapan mereka, akan ada pemain lokal yang dapat ikut berkompetisi.
"Dalam konteks revolusi industri 4.0, saya harap akan ada lebih banyak perusahaan lokal berpartisipasi dalam pasar transportasi online, jadi akan ada lebih banyak kompetisi, layanan transportasi lebih efisien dan konsumen mendapat manfaat," ujar Thuy.
Jika otoritas Vietnam lebih berhati-hati, tampaknya tidak demikian di Filipina. Politisi dan anggota parlemen setempat, Lois Campos menyatakan Go-Jek seharusnya segera datang ke Filipina untuk menghadirkan kompetisi melawan Grab.
Campos yang mewakili kota Makati menyatakan Go-Jek sangat populer di Indonesia dan telah memiliki ratusan ribu driver. Jadi mereka berpeluang juga menjadi lawan berat Grab di Filipina.
"Kombinasi bisnis regional Uber dan Grab tidak hanya menurunkan tapi juga secara efektif mengeliminasi kompetisi di pasar ride sharing Filipina," katanya belum lama ini.
"Untuk melawan dan membangun kembali kompetisi, kita mungkin akan mendorong pemain besar lain seperti Go-Jek untuk datang," tandasnya. (fyk/rou)