Uber Dibeli Grab, Posisi Go-Jek Terancam?
Hide Ads

Uber Dibeli Grab, Posisi Go-Jek Terancam?

Agus Tri Haryanto - detikInet
Senin, 26 Mar 2018 23:36 WIB
Menkominfo Rudiantara dan CEO Go-Jek Nadiem Makarim (detikINET/Adi Fida Rahman)
Natuna - Pembelian Uber oleh Grab akan semakin menjadi ancaman bagi Go-Jek dalam peta persaingan layanan transportasi online di Indonesia.

Mengenai ancaman itu, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, bahwa aksi korporasi yang dilakukan oleh Grab kepada Uber tidak serta-merta jadi ancaman bagi Go-Jek.

"Uber dan Grab itu keduanya dari luar (negeri). Jadi, dulu dari luar (negeri), sekarang tinggal satu (lawan Go-Jek)," ujar Rudiantara di sela-sela kunjungan kerja di Kepulauan Anambas dan Kepulauan Natuna, Senin (26/3/2018).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Selain itu, Menkominfo berpandangan bahwa dampak merger akuisisi ini bukan berarti meningkatkan perseteruan dengan Go-Jek.

"Karena agak beda. Kalau Grab dan Uber itu satu level dengan Go-Car. Kalau Go-Jek kan selain transportasi, ada juga Grab itu motor, tapi basisnya lebih banyak di Go-Jek. Selain itu, Go-Jek juga kan ride hailing, sudah ke lifestyle, mulai dari nganter barang, makanan, apa-apa di Go-Jek sekarang," tuturnya.

Diberitakan sebelumnya, kabar mengenai akuisisi unit bisnis Uber di Asia Tenggara akhirnya dikonfirmasi langsung oleh Grab. Berdasarkan rilis yang diterbitkan melalui situs resminya, ini merupakan akuisisi terbesar antara perusahaan berbasis internet di Asia Tenggara.



Melalui penggabungan bisnis keduanya, pihak Grab mengaku akan mengintegrasikan layanan pesan kendaraan dan makanan milik Uber di kawasan Asia Tenggara dengan platform yang sudah mereka miliki.

Nantinya, pihak Uber akan memiliki 27,5% saham di Grab. Selain itu, Dara Khosrowshahi selaku CEO perusahaan asal Amerika Serikat tersebut akan bergabung dengan dewan direksi Grab.

"Akuisisi yang diumumkan hari ini menjadi tonggak dari dimulainya era baru. Penggabungan bisnis ini melahirkan pemimpin dalam platform dan efisiensi biaya di kawasan Asia Tenggara," ujar Anthony Tan, Group CEO and Co-founder Grab.



Ke depannya, pihak Grab akan segera melakukan migrasi mitra pengemudi, merchant, hingga pelanggan dari layanan berbagi tumpangan dan pemesanan milik Uber ke dalam platform milik mereka. Hal ini diakui oleh perusahaan asal Singapura tersebut untuk meminimalisir disrupsi.

Terkait dengan migrasi ini, dalam dua minggu ke depan aplikasi Uber akan tetap beroperasi. Hal ini dilakukan untuk memastikan stabilitas para mitra Uber dalam memperoleh informasi lebih lanjut mengenai persyaratan pendaftaran sebagai mitra Grab.



Selain itu, UberEats akan tetap beroperasi hingga akhir Mei nanti, sebelum layanan pengantaran dan restoran milik Uber tersebut pindah ke platform GrabFood. (rou/rou)