CFO Gojek Bicara Soal Akusisi Startup India & Nasionalisme Buta
Hide Ads

CFO Gojek Bicara Soal Akusisi Startup India & Nasionalisme Buta

Adi Fida Rahman - detikInet
Rabu, 02 Mar 2016 11:17 WIB
CFO Go-Jek Kevin Aluwi (Foto: afr/detikINET)
Jakarta - Penyedia layanan ojek online, Go-Jek, melakukan gebrakan dengan mengakusisi dua startup asal India. Namun sejumlah pihak menyayangkan keputusan tersebut karena menilai banyak talenta di Indonesia yang tidak kalah mumpuni.

Ditemui di markas Go-Jek yang berada di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, Chief Financial Officer (CFO) sekaligus Co-Founder Go-Jek Kevin Aluwi menyayangkan tanggapan minor tersebut. Sebab menurutnya, banyak programer Indonesia yang bekerja di perusahaannya.

"Saat ini mayoritas programer kami dari Indonesia. Dari India tidak lebih dari 30%," ungkap Kevin.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan akusisi atas C42 dan Codelgnation tidak dimaksudkan untuk memilih programer asal negeri Bollywood ketimbang Indonesia. Tapi tujuannya lebih pada pengembangan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.

"Realitanya adalah industri teknologi India lebih maju dari Indonesia. Mereka justru bisa membawa pengetahuan dan pengalamannya untuk mengembangkan tim di sini, yakni orang Indonesia. Jadi persepsi yang beredar agak salah, bukan maksudnya memilih di sana (India) ketimbang di sini," tegas pria berkacamata ini.

"Jangan menjadi nasionalisme buta. Kita jangan bilang apapun dari Indonesia adalah yang terbaik. Malah hal itu dapat mencegah kita berkembang. Justru dengan mendapatkan tenaga ahli dari luar kita bisa memajukan SDM kita," imbuhnya.  

Kemampuan programer Indonesia dinilai Kevin sejatinya sudah bagus, hanya terdapat kekurangan pada struktur dan proses kerja. Akusisi ini diyakininya akan membawa bakat yang ada naik level ke standar dunia.

Ia menilai, kondisi akan sangat berbeda dalam lima tahun dari sekarang. Perusahaan rintisan teknologi tidak perlu capek-capek mencari atau merekrut programer handal dari luar negeri. Pasalnya, SDM lokal yang punya kemampuan berstandar dunia akan sangat banyak dan mudah dicari.  

Bukan Beli Teknologi

Kevin sempat menceritakan proses akusisi pihaknya pada dua startup teknologi asal Negeri Bollywood. Meskipun ia tidak mau menyebutkan berapa nilai mahar yang Go-Jek serahkan.

Kesepakatan akusisi sendiri terjadi pada Oktober silam. Prosesnya sendiri, kata Kevin, berjalan mulus.

"Prosesnya tidak begitu lama. Total 3-4 bulan, mulai dari proses setup perusahaan hingga negosiasi," jelasnya.

Pemilihan C42 dan Codelgantion sendiri tidak terlepas dari kerjasama yang telah mereka lakukan. Kevin menilai kedua startup ini sangat dinamis dan cekatan. Karena itu pula akhirnya Go-Jek meminang keduanya,

Tapi pria berusia 29 tahun ini menampik bila akusisi tersebut lebih pada pembelian teknologi. Tapi lebih pada melihat bakat-bakat di dalamnya.

"Tidak ada teknologi mereka yang langsung dicolok ke Go-Jek. Mereka datang dan melihat bisnis model kami seperti apa, masalah yang dihadapi dan bagaimana SDM yang ada. Lalu mereka menyusun strategi dan membuat solusi berdasarkan semua itu," jelas Kevin.

Selepas akusisi tersebut, Go-Jek tak lantas menutup kantor C42 dan Codelgantion yang ada di India. Hanya saja kedua startup tersebut tidak lagi mengambil klien lain.

"Kantor di India tetap ada. Mereka akan bolak-balik (ke Indonesia)," tutup pria yang gemar main game Dota dan Counter Strike ini. (afr/ash)
Berita Terkait