Studi yang dilakukan peneliti dari University of Texas Medical School, Houston menemukan hal unik bahwa banyak dokter yang lebih memilih tidak dipilih pasien dalam melakukan perawatan telemedicine.
Hasil tersebut berdasarkan penelitian dari efek penggunaan telemedicine pada pasien di unit perawatan rumah sakit. Peneliti memberikan remote ke pasien untuk memilih dokter atau spesialis yang akan menangani mereka. Namun banyak dokter yang lebih memilih untuk tidak dipilih pasiennya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tak hanya dokter yang ketakutan dengan adanya teknologi telemedicine tapi juga para suster atau perawat rumah sakit. "Beberapa suster merasa seperti ada seseorang yang selalu mengawasi gerak geriknya setiap waktu. Mereka juga menjadi lebih frustasi ketika melakukan kesalahan penanganan pada pasien," kata Dr Eric.
Meski teknologi telemedicine bisa meningkatkan tingkat keselamatan pasien terutama mereka yang berada di ruang ICU, namun banyak kalangan yang belum tentu bisa menerimanya.
"Mungkin kita tidak akan pernah memanfaatkan potensi telemedicine secara optimal selama para dokter dan tenaga medis belum punya cukup kemampuan dan penerimaan terhadap teknologi tersebut. Perlu infrastruktur yang lebih baik untuk menerapkan teknologi jika ingin tetap digunakan di masa yang akan datang, "kata Eric.
Telemedicine adalah sistem yang sangat berpotensi meningkatkan kualitas kesehatan dengan cara mengontrol dan memberi konsultasi pada pasien tanpa harus bertatap muka secara langsung. Dengan teknologi tersebut, dokter maupun petugas kesehatan dapat mengontrol dan memonitor pasien selama 24 jam.
(fah/eno)