Telkom mengungkapkan bahwa pemisahan bisnis wholesale fiber connectivity ke PT Telkom Infrastruktur Indonesia (InfraNexia) merupakan langkah strategis yang sejalan dengan tren industri telekomunikasi global.
Sejumlah operator dunia telah lebih dulu memisahkan pengelolaan infrastruktur jaringan ke entitas khusus guna meningkatkan efisiensi, valuasi aset, serta fleksibilitas kemitraan seperti Telstra di Australia, Telecom Italia (TIM), Telefónica di Spanyol, O2 di Inggris, hingga CETIN di Republik Ceko.
Melalui InfraNexia sebagai entitas yang berfokus penuh pada pengelolaan dan pengembangan infrastruktur fiber, Telkom menargetkan percepatan penetrasi jaringan, penguatan model bisnis wholesale yang transparan dan terbuka, serta optimalisasi monetisasi aset fiber secara berkelanjutan.
Direktur Utama Telkom Dian Siswarini menyampaikan, pengelolaan infrastruktur fiber optik membutuhkan fokus dan tata kelola yang berbeda dibandingkan bisnis layanan ritel. Oleh karena itu, pembentukan InfraNexia menjadi pendekatan yang relevan untuk menjawab tantangan industri sekaligus mengoptimalkan potensi aset strategis TelkomGroup.
"Pemisahan bisnis wholesale fiber connectivity ke InfraNexia merupakan langkah strategis untuk meningkatkan fokus bisnis, efisiensi operasional, dan nilai tambah dari aset infrastruktur fiber Telkom Group," ujar Dian di kantor Telkom, Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Langkah ini juga menjadi bagian dari strategi transformasi TLKM 30, sekaligus wujud komitmen Telkom dalam mendukung agenda nasional dan transformasi BUMN. Pemisahan aset fiber diharapkan dapat mempercepat pemerataan akses digital, meningkatkan penetrasi fixed broadband, serta mendorong pertumbuhan ekonomi digital nasional.
Direktur Utama InfraNexia I Ketut Budi Utama menjelaskan InfraNexia akan menyediakan layanan fiber connectivity untuk segmen wholesale dengan prinsip transparan, adil, dan terbuka bagi seluruh pelaku industri.
"Kehadiran InfraNexia sebagai entitas yang mengonsolidasikan infrastruktur fiber akan mendorong terciptanya ekosistem telekomunikasi yang lebih sehat, efisien, dan kompetitif," kata Ketut.
Telkom meyakini, dengan mengikuti praktik terbaik operator global, pemisahan aset fiber ini akan memperkuat posisi InfraNexia sebagai pemain wholesale fiber connectivity terdepan, sekaligus mengukuhkan Telkom sebagai market leader dan enabler ekosistem digital nasional yang berdaya saing global.
Bahkan, Infranexia diproyeksikan Telkom sebagai mesin pertumbuhan baru perusahaan di masa depan. Saat ini, ladang cuan terbesar Telkom masih dipegang oleh Telkomsel.
"Harapannya di 2030 (sumber pendapatan Telkomsel dan Infranexia di Telkom) ini proporsinya sudah hampir mendekati 50-50. Mungkin tidak sepenuhnya 50-50 tapi paling tidak sudah mendekati," ucap Direktur Strategic Business Development & Portfolio Telkom, Seno Soemadji pada kesempatan yang sama.
Diberitakan sebelumnya, Telkom resmi menekan penandatangan akta pemisahan aset fiber tahap pertama ke PT Telkom Infrastruktur Indonesia (TIF) atau yang dikenal dengan Infranexia untuk tahap pertama. Penandatangan ini tindak lanjut persetujuan pemegang saham independen di Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada Jumat (12/12).
Pada fase spin-off pertama, InfraNexia akan menguasai lebih dari 50% total infrastruktur jaringan fiber Telkom, mencakup segmen access, aggregation, backbone, hingga infrastruktur pendukung lainnya.
Sementara fase spin-off kedua ditargetkan rampung sepenuhnya pada 2026, dengan total nilai aset yang diproyeksikan mencapai Rp 90 triliun.
"Stage 2 dari pemisahan aset terlaksana tahun depan dan bagaimana aksi korporasi selanjutnya untuk unlock value dari fiber ini juga diharapkan bisa dilaksanakan di tahun 2026," pungkas Dian.
Simak Video "Inovasi Telkom: Bangun BTS Ramah Lingkungan dari Sabang Sampai Merauke!"
(agt/fay)