Adi Rahman Adiwoso, Bapak Satelit Indonesia yang Melawan Arus
Hide Ads

Laporan dari Orlando

Adi Rahman Adiwoso, Bapak Satelit Indonesia yang Melawan Arus

Adi Fida Rahman - detikInet
Minggu, 14 Sep 2025 07:05 WIB
Adi Rahman Adiwoso, Bapak Satelit Indonesia yang Melawan Arus
Adi Rahman Adiwoso: Bapak Satelit Indonesia yang Melawan Arus Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Orlando -

Di tengah gemerlap teknologi satelit global, ada sosok yang diam-diam mengukir sejarah di Indonesia. Sosok tersebut adalah Adi Rahman Adiwoso, CEO PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN).

Banyak orang yang menjulukinya sebagai 'Bapak Satelit Indonesia' karena perannya membangun konektivitas nasional melalui satelit, salah satunya Mantan Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) sekaligus Ketua Dewan Pembina Asosiasi Antariksa Indonesia (ARIKSA), Rudiantara

Namun pria berusia 72 tahun ini santai saja dengan julukan tersebut. "Saya cuma menikmati hidup saya," ujarnya santai.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perjalanan Adi penuh keberanian melawan arus, dari menolak kewarganegaraan Amerika hingga mendirikan PSN di tengah ketiadaan regulasi. Ini kisahnya.

ADVERTISEMENT

Awal Karier di Negeri Paman Sam

Adi memulai petualangannya di Purdue University, Amerika Serikat, mengambil jurusan Aeronautics dan Astronautics. Ia lulus dalam waktu singkat, hanya 5 semester. Ia kemudian magang di Hughes Aircraft Company pada 1974, perusahaan di balik satelit Palapa yang legendaris.

"Waktu itu saya kedinginan di Amerika, tapi semangat belajar besar," kenangnya.

Kesempatan emas datang saat ia mendapat Hughes Fellowship, beasiswa yang memungkinkannya melanjutkan S2 di California Institute of Technology (Caltech). Sambil kuliah, ia bekerja 20 jam seminggu untuk membiayai hidup.

"Saya suka kerja sampai jam 3 sore, bahkan lebih, karena bisa pakai komputer kantor sendirian. Zaman dulu kan nggak ada laptop," ceritanya dengan tawa.

CEO PSN Adi Rahman AdiwosoCEO PSN Adi Rahman Adiwoso Foto: Adi Fida Rahman/detikINET

Membangun Palapa: Menyatukan NKRI

Pada 1975, Adi mendapat tugas memasang stasiun bumi Palapa di Indonesia. Ia berkeliling ke pelosok, dari Waingapu hingga Flores, di tengah minimnya infrastruktur.

"Belum ada hotel, ATM, bawa tas penuh duit cash," ujarnya.

Pengalaman ini membuka matanya tentang betapa terbatasnya komunikasi di Indonesia saat itu.

"Kalau mau telepon gubernur, pakai radio HF. Kadang nyambung, kadang nggak," ungkapnya.

Ketika satelit Palapa menyala, Adi menyaksikan momen bersejarah: seorang bupati di Waingapu terpukau melihat TVRI di layar 12 inch Sony Trinitron.

"Saya baru sadar setelah 20 tahun, Palapa itu bukan sekadar satelit. Itu alat mempersatukan NKRI," katanya.

Saat itu, televisi dan radio nasional belum ada, dan kebijakan pusat bisa butuh berbulan-bulan sampai ke daerah.

Unicorn Pertama Indonesia

CEO PT PSN Adi Rahman Adiwoso Usai Peluncuran Satelit Nusantara Lima Adi Rahman Adiwoso usai peluncuran Satelit Nusantara Lima. Foto: Adi Fida Rahman/detikINET
Setelah hampir 9 tahun di Amerika, Adi ditawari kewarganegaraan Amerika oleh Hughes Aircraft. Ia menolak. "Banyak orang pengen jadi warga Amerika, saya malah nggak kepengen," ungkapnya. Di usia 28, ia memilih pulang ke Indonesia dengan semangat membangun. "Kalau gagal, saya bisa balik. Kalau berhasil, saya tinggal," katanya kepada bosnya saat itu.

Keputusan ini terbayar. Adi mendirikan PT RKN, startup yang membuat gerbang jalan tol pertama di Indonesia, mengalahkan kompetitor dari Perancis dan Jepang.

"Anak Indonesia kalau dikasih kesempatan, pasti bisa. Yang kurang cuma keberanian," tegasnya.

Pada 1991, bersama Profesor Iskandar Alishaban, Adi mendirikan PSN, perusahaan satelit swasta pertama di Indonesia. Tantangannya besar: regulasi satelit saat itu hanya mengizinkan Telkom dan Indosat beroperasi. Dengan keberanian dan dukungan dari Presiden Soeharto serta Menteri BJ Habibie, PSN akhirnya mendapat izin, meski awalnya tak boleh melayani pasar dalam negeri.

PSN melesat cepat. Pada 1995, perusahaan ini go public di Nasdaq, Amerika Serikat, dengan valuasi USD 1 miliar, menjadikannya unicorn pertama Indonesia.

Namun, perjalanan tak selalu mulus. Krisis moneter 1997-1998 membuat PSN terlilit utang USD 650 juta. "Saat itu Rp 2.000 jadi Rp16.000 per dolar, babak belur," kenang Adi.

Tapi ia tak menyerah. Dengan strategi rekapitalisasi, PSN bangkit dan meluncurkan satelit Nusantara 1 pada 2014 hingga akhirnya pada 11 September 2025 melesatkan Satelit Nusantara Lima.

Filosofi Hidup: Never Give Up

Adi memegang filosofi 'never give up'. Baginya, kegagalan adalah 'sukses yang tertunda'.

Meski dijuluki 'Bapak Satelit Indonesia', Adi tetap rendah hati. "Saya nggak peduli orang bilang apa. Saya cuma ingin bikin sesuatu yang bermanfaat," ujarnya.

Visi ini terlihat dari usahanya membangun bandar antariksa di Biak dan mendorong anak muda terjun ke bidang STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics).

Kini, di usia 72 tahun, Adi tak berhenti bermimpi. Ia ingin Indonesia punya kedaulatan antariksa, dengan PSN sebagai pemimpin kapasitas satelit di Asia Pasifik.

"Kalau elo mau jadi nomor satu, harus kerja keras. Indonesia punya potensi, tapi kita jangan jadi juara mediocrity," pesannya.

Kisah Adi adalah bukti bahwa keberanian, kerja keras, dan visi besar bisa mengubah wajah teknologi Indonesia. Apa pelajaran yang bisa kita ambil darinya untuk masa depan?

Halaman 2 dari 2


Simak Video "Video: Satelit Nusantara Lima Milik Indonesia Siap Meluncur 9 September"
[Gambas:Video 20detik]
(afr/fay)
Berita Terkait