Satelit Satria-1 telah melewati masa uji coba integrasi dan aktivasi. Pada pengujian tersebut, satelit yang digadang-gadang terbesar di Asia ini telah berhasil terkoneksi dengan internet dan siap beroperasi pada Januari 2024.
Yuk, cari tahu cara kerja, hingga manfaatnya bagi warga Indonesia. Simak penjelasan berikut ini.
Apa Itu Satelit Satria-1?
Satelit Satria-1 merupakan satelit super canggih yang sepenuhnya dimiliki dan dikendalikan oleh Pemerintah Indonesia. Satelit ini merupakan bagian proyek strategis nasional, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional.
Mengutip laman Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo), Satria-1 memiliki tinggi 6,5 meter dan bobot 4,5 ton. Kehadirannya diharapkan dapat membantu menyediakan akses internet cepat dan gratis ke pelosok Tanah Air yang masih nirkoneksi, khususnya wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Manfaat Satelit Satria-1 bagi Masyarakat
Peluncuran satelit menjadi salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan konektivitas, sekaligus mengikis kesenjangan digital di RI. Satelit Satria-1 hadir untuk melayani 37 ribu titik lokasi yang selama ini belum dilengkapi kualitas internet yang memadai.
Harapannya, satelit ini dapat mendukung percepatan layanan publik di kantor pemerintahan daerah, data puskesmas dan rumah sakit daerah, serta membantu pengawasan wilayah oleh TNI dan Polri. Tak cuma itu saja, satelit ini juga diharapkan dapat mendukung pelaku UMKM dan Ultra Mikro (UMi) on boarding.
Cara Kerja Satelit Satria-1
Satelit Satria-1 bakal menjadi solusi untuk menjawab kebutuhan akses internet di wilayah 3T yang selama ini terkendala kondisi geografis. Adapun cara kerja satelit ini adalah sebagai berikut.
Berdasarkan keterangan Badan Aksesibilitas Komunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo, koneksi Satria-1 berawal dari stasiun Bumi yang berfungsi sebagai gateway untuk menembakkan koneksi internet. Adapun stasiun tersebut tersebar di 11 kota di Indonesia, yakni Cikarang (Jawa Barat), Batam (Kepulauan Riau), Manado (Sulawesi Utara), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), dan Tarakan (Kalimantan Utara).
Lalu ada juga stasiun Bumi Satelit Satria-1 yang ditempatkan di Pontianak (Kalimantan Barat), Kupang (Nusa Tenggara Timur), Ambon (Maluku), Manokwari (Papua Barat), Jayapura (Papua), dan Timika (Papua Tengah). Masing-masing lokasi stasiun bumi tersebut telah dilengkapi oleh antena khusus yang diproduksi perusahaan asal Tiongkok, The North West China Research Institute of Electronic Equipment (NWIEE).
Selanjutnya koneksi internet dipancarkan kembali ke very small aperture terminal (VSAT). Bagi yang belum tahu, VSAT serupa antena parabola kecil yang dipakai di mesin-mesin ATM, yang menggunakan satelit untuk jalur komunikasi atau terminal telekomunikasi satelit. Umumnya Antena VSAT berdiameter antara 0,6 dan 2,4 meter.
"Satria-1 ini memiliki adalah 11 stasiun Bumi, kita menyebutnya stasiun Bumi kecil ya, yang gunanya adalah sebagai feeder link untuk memancarkan internet ke satelit, lalu akan didistribusikan oleh satelitnya ke titik-titik VSAT layanan di public services atau pusat layanan pemerintah di seluruh Indonesia, khususnya di daerah 3T," papar Kepala Divisi Satelit BAKTI Kominfo Sri Sanggrama Aradea.
Teknologi Canggih pada Satelit Satria-1
Satelit Satria-1 dirakit oleh perusahaan manufaktur antariksa Prancis, Thales Alenia Space (TAS), dan dioperasikan oleh PT Satelit Nusantara 3. Teknologi yang digunakan yaitu Very High Throughput Satellite (HTS) dengan frekuensi Ka-Band. Penggunaan teknologi canggih HTS ini bukan tanpa alasan, melainkan dengan mempertimbangkan kondisi wilayah RI, utamanya daerah 3T yang beragam. Ditambah, tidak semua daerah terhubung dengan jalur darat.
Penyediaan akses internet satelit langsung lewat VSAT dinilai menjadi solusi. Alasannya pertama karena instalasi perangkat internet berbasis satelit relatif lebih cepat ketimbang harus membangun BTS atau jaringan kabel serat optik. Selain itu, operasi transmisi lewat udara juga memungkinkan layanan Satelit Satria-1 menjangkau wilayah Sabang sampai Merauke.
Keunggulan Teknologi HTS
Melansir jurnal yang ditulis Muhammad Aulia Aditya Harianto, Heroe Wijanto, Muhammad Irfan Maulana di Universitas Telkom, HTS memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan satelit konvensional. Meski satelit konvensional menghasilkan arah sorotan (spot beams) lebih luas dan satelit HTS menghasilkan sorotan lebih sempit, namun satelit HTS dapat menghasilkan beberapa spot beam. Hal ini karena HTS diarahkan untuk memiliki frekuensi yang lebih tinggi dibandingkan satelit konvensional.
Frekuensi Ka-Band untuk Akses Internet Cepat
Di sisi lain, pemilihan frekuensi Ka-Band disebut dapat menghasilkan sambungan internet lebih cepat daripada frekuensi lainnya. Diketahui Satelit Satria-1 memiliki kecepatan mencapai 150 Gbps.
Sementara frekuensi lain seperti C-Band dapat menghasilkan kecepatan di bawah puluhan Gbps. Lalu frekuensi Ku-Band hanya mampu menghasilkan kecepatan puluhan hingga belasan Gbps saja.
Peluncuran Satelit Satria-1
Satelit Satria-1 berhasil lepas landas dari Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat pada Senin (19/6) pukul WIB atau Minggu (18/6) pukul 18.21 waktu Amerika Serikat. Satelit Indonesia ini dibawa oleh roket Falcon 9 punya SpaceX.
Adapun peluncurannya terbagi menjadi 2 tahap. Tahap pertama peluncuran berjalan lancar, hingga mesin pendorong pertama lepas dari roket Falcon 9. Lalu pada tahap kedua, Satelit Satria-1 melanjutkan perjalanan sambil dibawa mesin pendorong kedua menuju target orbit.
Setelah mengudara, satelit ini pun berhasil memasuki orbit Geostasioner pada Oktober lalu. Satelit itu menempati posisi 146 derajat BT atau tepat berada di atas Pulau Papua dengan ketinggian 36 ribu Km di atas permukaan Bumi.
Jangkauan Satelit Satria-1
Dalam waktu dekat, jaringan Satria-1 bisa segera menghadirkan koneksi internet yang menjangkau pelosok Nusantara. Ketika beroperasi perdana nanti, satelit ini akan menjangkau hingga 37 ribu titik di berbagai wilayah Indonesia.
Jumlah titik layanan Satria-1 ini merosot dari semula mencapai 150 ribu titik, dengan kecepatan masing-masing titik layanan mencapai 1 Mbps. Namun, ternyata setelah satelit ini mengudara dan dihitung ulang, terdapat pengembangan penggunaan internet menjadi 4-5 Mbps.
Pecahkan Rekor Jadi Satelit Terbesar Se-ASIA
Satelit Satria-1 memiliki total transmisi 150 Gbps, menjadikannya satelit terbesar di Asia berdasarkan tingkat kapasitas. Tidak hanya terbesar se-Asia, satelit ini tercatat menjadi yang terbesar nomor lima di dunia.
Kapasitas yang besar ini diperuntukkan untuk mengatasi persoalan sinyal internet di wilayah pelosok yang tidak dapat terjangkau jaringan telekomunikasi, seperti BTS maupun serat optik.
Simak Video "Video: Kejari Jakpus Ungkap Peran Semuel Abrijani di Kasus Korupsi PDNS"
(ega/ega)