Operator seluler XL Axiata telah menyiapkan modal untuk memenangkan lelang frekuensi 700 MHz. Spektrum tersebut akan menambah 'amunisi' operator seluler dalam menghadirkan 5G yang sesungguhnya.
Presiden Direktur dan CEO XL Axiata, Dian Siswarini, mengatakan bahwa pihaknya telah mengungkapkan ketertarikannya untuk ikut seleksi spektrum frekuensi emas tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, sebagai bentuk keseriusan XL Axiata, Dian menyebutkan bahwa perusahaan telah menyiapkan up front fee, yakni biaya nilai awal dalam sebuah seleksi frekuensi radio. Pemenang lelang diwajibkan membayar biaya nilai awal sebesar dua kali nilai penawaran terakhir dan biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi.
"Jadi, itu memang Insya Allah sudah disediakan. Tapi, ya kita harapkan tentu jangan sampai terlalu tinggi, idealnya sesedikit mungkin," ujar Dian ditemui di XL Axiata Tower, Jakarta, Senin (10/11/2023).
Sebagai informasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebutkan bahwa Analog Switch Off (ASO) telah rampung pada pertengahan Agustus lalu. Kini spektrum frekuensi 700 MHz yang sebelumnya dipakai untuk penyiaran dan sudah terdigitalisasi, punya lebar pita 112 MHz yang 90 MHz di antaranya untuk layanan telekomunikasi.
Mengacu pada lelang frekuensi sebelumnya, yakni pada pita frekuensi 2,1 GHz ketika itu lebar pita 5 MHz harganya mencapai Rp 605 miliar.
"Kalau dibandingkan di benchmark negara-negara tetangga (lelang frekuensi di Indonesia) itu jauh lebih tinggi, yang lain lebih murah. Kita harapkan bisa lebih murah (dari lelang frekuensi 2,1 GHz)," ungkap Dian.
Lebih lanjut, kata Dian, XL Axiata mengungkapkan layak mendapatkan tambahan spektrum frekuensi dibandingkan operator seluler lainnya yang dinilai sudah memiliki lebih banyak.
"Kalau dibandingkan dengan operator lain, kita spektrum ultilisatinya itu sudah yang paling tinggi. Spektrum efisiensinya yang paling tinggi, jadi paling wajarlah kalau kita mendapatkan spektrum tambahan," jelasnya.
Adapun, semua operator seluler Indonesia sudah mengantongi Surat Keterangan Laik Operasi (SKLO) 5G, mulai dari Telkomsel, Indosat Ooredoo Hutchison, XL Axiata, dan terakhir Smartfren.
Meski sudah dirilis ke publik sejak Mei 2021, penggelaran layanan 5G di Indonesia terkesan lambat. Penyebabnya belum terbentuk ekosistem, masih terbatasnya spektrum frekuensi yang dimiliki operator seluler, belum ada content killer, hingga harga HP 5G yang mahal.
(agt/fay)