Demi 5G di Indonesia, Apakah Teknologi 2G Perlu Dilenyapkan?
Hide Ads

Demi 5G di Indonesia, Apakah Teknologi 2G Perlu Dilenyapkan?

Panji Saputro - detikInet
Minggu, 24 Sep 2023 08:46 WIB
BEIJING, CHINA - April 16: Orang-orang berdiri di depan toko Apple yang mengiklankan ponsel berkemampuan 5G pada 16 April 2021 di sebuah distrik perbelanjaan di Beijing, Cina. China mengumumkan pertumbuhan ekonomi yang kuat sebesar 18,3 persen pada kuartal pertama 2021, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu ketika ekonomi terbesar kedua di dunia itu terhenti karena pandemi COVID-19. (Photo by Kevin Frayer/Getty Images)
Apakah mematikan 2G menjadi solusi untuk mengembangkan 5G? (Foto: Getty Images/Kevin Frayer)
Jakarta -

Teknologi 5G memang sudah diperkenalkan sejak Mei 2021 di Indonesia. Cuma realitanya itu hanya berapi-api di awal, dan sekarang malah seperti tidak ada pergerakan. Terbatasnya ketersediaan spektrum yang dimiliki operator seluler dan ekosistem yang belum terbentuk menjadi batu sandungannya.

Berbeda dengan pendahulunya, yakni 4G, yang tidak hanya panas ketika pertama kali diumumkan. Tetapi juga diiringi pengembangannya yang begitu pesat.

Sebenarnya ada beberapa cara yang bisa dilakukan, mungkin salah satunya ialah memberdayakan spektrum frekuensi yang sudah ada. Maksudnya di sini mengganti teknologi lama dengan yang baru.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Seperti yang diberitakan sebelumnya, bahwa Indonesia masih menyediakan jaringan generasi kedua alias 2G. Padahal penerusnya yakni 3G sudah resmi dimatikan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).

Dengan begitu 4G lebih bebas melenggang dan dapat dinikmati oleh masyarakat di Tanah Air. Mungkin kalau Kominfo melakukan suntik mati terhadap 2D, penyebaran 5G bisa berjalan lebih cepat.

ADVERTISEMENT

Namun pertanyaan besarnya, apakah mematikan 2G itu diperlukan demi keberlangsungan hidup jaringan generasi kelima itu? Denny Setiawan, Direktur Penataan Sumber Daya SDPPI, pun memberikan jawabannya.

Berbicara kepada detikINET usai acara the 2nd MASTEL's 5G Summit di Hotel JS Luwansa (21/9), mengenai upaya tersebut sepertinya pihaknya masih harus mendiskusikannya. Ia mengungkapkan butuh sebuah rencana untuk merealisasikannya.

"Kita butuh suatu road map ke depan ya. Kita tidak mau juga kalah sama negara tetangga. Tapi challenge-nya adalah kalau lebih cepat buat apa. Ya itu nanti yang harus kita cari bersama. Nah itu kita harus punya road map. Nah kita tetapkan bersama," kata Denny.

Menurutnya hal tersebut bisa mendorong semangat yang lain, tidak hanya operator tapi juga pemerintah dan ekosistem. Jadi kata Denny, ada target yang jelas selama lima tahun ke depan agar bisa lebih baik dari saat ini.




(hps/fyk)
Berita Terkait