Muhamad Fajrin Rasyid, Direktur Digital Business Telkom, membeberkan bagaimana pihaknya menyikapi prospek bisnis di metaverse. Ia mengungkapkan bahwa investasi di teknologi ini tengah dikurangi.
"Metaverse ini ada tantangan terkait dengan device, sehingga kami tetap terbuka untuk bekerja sama, hanya memang investasi yang kami kembangkan tidak lagi ditambah banyak begitu ya, karena memang situasinya belum terlalu mendukung. Nah sehingga lebih kepada maintenance, atau maintenance solusi yang sudah ada," kata Fajrin, saat ditemui dalam acara BATIC 2023 di The Westin Resort, Nusa Dua, Bali, Kamis (7/9/2023).
Fajrin pun menjelaskan kepada detikINET maksud dari keadaan yang belum terlalu mendukung. Menurutnya, di metaverse juga ada beberapa hype yang menjadi pertimbangan mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sehingga kami sekarang mencoba untuk melakukan investasi yang lebih selektif terkait metaverse. Investasi yang kami pikir punya use case yang menghasilkan atau bermanfaat bagi user maupun pihak-pihak yang terkait," terangnya.
Jadi menurutnya, ada beberapa use case yang barang kali tidak menarik bagi pengguna. Dirinya memberikan contoh yang mana berhubungan dengan Non Fungible Token (NFT).
"Dulu orang merasa NFT dan lain sebagainya menarik nih begitu ya, sehingga orang-orang pada jualan NFT pada bikin NFT segala macam gitu-gitu kan. Ternyata orang-orang sekarang realize kayak ya nggak segitunya deh, sehingga kemudian orang juga nggak terlalu aktif lagi di bidang NFT," jelasnya.
Nah kata Fajrin, hal itulah yang juga terjadi di metaverse. Banyak orang sadar bahwa use case di dalamnya kurang.
Jadi Telkom dalam pengembangan dunia virtual ini bekerja sama dengan partner. Ia menyebutkan pihak yang dimaksud seperti beberapa BUMN dan perusahaan swasta.
Namun Fajrin bersama pihaknya menekan dari awal, supaya pengembangan ini bukan cuma ikut-ikutan saja. Melainkan memang ingin menyajikan apa yang dibutuhkan oleh orang-orang di dalam metaverse nantinya.
Kendati demikian, terlepas dari turunnya minat orang-orang terhadap metaverse, Fajrin menyampaikan tetap menjaga yang sudah meluncur sebelumnya, yakni MetaNesia, agar tetap bisa dioperasikan. Makanya produk tersebut saat ini masih tetap ada.
"Jadi Metanesia produk metaverse kami tetap ada, bisa digunakan, bisa diakses oleh publik. Ke depan kami sangat terbuka juga untuk kerja sama dengan pihak-pihak terkait. Hanya, selain metaverse kami juga banyak implementasi atau inovasi di teknologi-teknologi lainnya juga, seperti AI dan lain sebagainya tadi," pungkasnya.
(hps/fay)