Tarif Internet RI Jeblok di Dunia, Pemerintah Diminta Tentukan Tarif Dasar
Hide Ads

Tarif Internet RI Jeblok di Dunia, Pemerintah Diminta Tentukan Tarif Dasar

Agus Tri Haryanto - detikInet
Jumat, 25 Agu 2023 21:30 WIB
Upset African American young woman sit on couch look at smartphone screen shocked by negative news online, sad stunned biracial female read bad unpleasant notice or message on cellphone gadget
Foto: Getty Images/iStockphoto/fizkes
Jakarta -

Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) mengungkapkan tarif internet Indonesia termasuk paling bontot di dunia. Untuk menjaga kualitas dan keberlangsungan industri telekomunikasi, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) didesak untuk membuat tarif dasar layanan internet.

Disampaikan, Director & Chief Business Officer Indosat Ooredoo Hutchison (IOH), Muhammad Danny Buldansyah, Indonesia masuk ke dalam 10 besar negara dengan paling bawah tarif internet di dunia.

Sementara itu, di sisi lain berbicara kecepatan internet Indonesia ada peringkat 140. Dengan kata lain Indonesia termasuk negara dengan koneksi internet lelet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Artinya apa? Sudah emergency. Ini sudah mencerminkan operator tidak bisa investasi untuk meningkatkan kualitas," ujar Danny saat jumpa awak media di Gedung Indosat Ooredoo Hutchison, Jakarta, Jumat (25/8/2023).

Untuk itu, sudah saatnya pemerintah meramu aturan tarif dasar internet. Sebab, di era digital seperti sekarang ini, internet sudah menyangkut hajat hidup orang banyak.

ADVERTISEMENT

"Pada akhirnya bisa jadi telekomunikasi 'kan juga menyangkut hajat hidup orang, mulai dari kelancaran pendidikan, ekonomi, itu semua berpengaruh. Kita ingin kemudahan dan keringanan," ucapnya.

Menurutnya, investasi perusahaan operator seringkali hanya terbatas di persoalan mendapatkan margin cukup untuk investasi selanjutnya. Apabila industri operator seluler masih berfokus pada harga murah, ini menandakan bahwa kemampuan investasinya berkurang.

Jika kondisi tersebut terus berlangsung itu bisa berdampak terbatasnya pembangunan infrastruktur telekomunikasi yang membutuhkan anggaran besar.

Danny berharap pemerintah dapat melihat persoalan penentuan tarif operator ini secara holistik. Ia menggarisbawahi tarif internet bukan soal murah, tapi berkualitas.

"Pemerintah harus melihat positioning Indonesia. Misal, kita mau ranking speed-nya di 50 besar dunia, berarti kan tinggal dilihat apa yang harus dilakukan. Jika kita berinvestasi, harus ada return-nya," tuturnya.




(agt/agt)