Usai berhasil meluncurkan Satelit Republik Indonesia atau Satria-1, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) akan mengintegrasikan satelit Satria-1 dengan Palapa Ring yang sudah dibangun sebelumnya.
Integrasi kedua infrastruktur telekomunikasi untuk memberikan layanan akses internet cepat, khususnya di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T).
Direktur Infrastruktur Bakti Kominfo, Danny Januar Ismawan mengungkapkan, pemilihan teknologi satelit untuk menghadirkan akses internet layanan publik, khususnya di wilayah pelosok tanah air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ada daerah yang masih blank spot, jadi tantangan bagaimana cara mengintegrasikan dengan Palapa Ring yang sudah ada. Teknologi satelit ini jaringan telekomuniaksi pilihan terakhir. Kenapa pakai satelit, karena tidak mungkin dengan teknologi teresterial fiber optik atau microwave," jelasnya di Orlando, Florida, Amerika Serikat.
Menurutnya, melalui satelit Satria-1 ini sebagai upaya Kominfo mendukung proses layanan publik kepada masyarakat. Disampaikannya, pemanfaatan teknologi satelit sebagai pelengkap jaringan kabel serat optik ditujukan untuk mempercepat pemerataan infrastruktur digital.
"Teknologi satelit yang paling memungkinkan sebagai pendukung backbone Palapa Ring. Banyak negara memanfaatkan satelit dan Indonesia bisa memanfaatkan dalam jangka panjang apalagi jika ada demand atau kebutuhan di masyarakat," jelasnya.
Tidak seperti rencana di awal yang akan menyediakan akses internet di 150 ribu titik, satelit multifungsi pemerintah itu akan 50 ribu titik saja. Begitu pula soal kecepatan internetnya, yang tadinya di satu titik hanya 1 Mbps, nanti bisa mencapai 4 Mbps.
"Setelah Satria-1 mencapai orbit dan uji coba, kapasitas awal 10 Gbps yang tersedia akan digunakan untuk melayani titik layanan publik. Selanjutnya secara bertahap, sesuai rencana dalam tiga tahun ke depan akan digunakan kapasitas hingga sampai 150 Gbps," tuturnya.
Usai peluncuran satelit Satria-1, Pemerintah Indonesia akan terus memantau dan menyesuaikan kebutuhan masyarakat wilayah 3T akan layanan internet cepat. Sehingga ada kemungkinan Pemerintah mengalokasikan pengadaan akses internet satelit yang lain untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
"Dalam Indonesia Broadband Plan, dulu kebutuhannya mimial 1 Mbps per titik, namun dalam perjalanan waktu ada evaluasi kebutuhan optimal dan minimal bisa mencapai 4 Mbps. Karena itu, Pemerintah berupaya memenuhi kebutuhan konsumsi publik dan harapan masyarakat akan akses internet," pungkas dia.
(agt/afr)