Implementasi teknologi 5G di Indonesia bak melalui jalan terjal nan berliku. Mulai dari regulasi, permintaan pasar hingga model bisnis yang pasti, jadi PR yang harus segera dibenahi jika tak mau disebut setengah hati.
Nasib 5G memang tak semanis pendahulunya. Ketika teknologi 4G dan 3G dirilis, gimmick marketing operator seluler untuk merayu pelanggan terbilang sederhana, yakni menjual video call hingga nonton video streaming anti lemot (buffering). Namun ketika 5G dirilis, pasar sepertinya masih adem ayem menyambutnya. Gimmick marketing yang digaungkan pun belum benar-benar menancap ke kepala.
Memang, hal ini tak bisa disalahkan ke operator seluler seorang sebagai pemilik layanan. Toh, dalam industri seluler mengenal yang namanya kolaborasi DNA (device, network dan application). Nah, kesuksesan 5G pun masih bergantung pada faktor DNA ini, dimana sekarang mereka terkesan masih wait and see.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur Network Telkomsel Nugroho mengakui, edukasi implementasi 5G masih panjang. Dimana saat ini pembangunan jaringan dilakukan lebih dulu, kemudian menyusul handset (HP) dan aplikasi di dalamnya. "Namun yang paling utama adalah needs (kebutuhan) dari user, ada gak?" tukas Nugi, sapaan akrabnya, saat ditemui di sela MotoGP Mandalika, Lombok.
Nugi lantas mengambil contoh suksesnya registrasi prabayar, terlepas dari plus minusnya. "Kenapa itu (registrasi prabayar-red.) sukses? Ya karena pelanggan butuh, kalau gak daftar maka nomornya akan dimatikan. Jadi untuk 5G kita juga harus menciptakan needs ini," lanjutnya.
Kebutuhan ini bisa datang dari mana saja. Mulai dari kecepatan internet, pengalaman sampai lahirnya konten/aplikasi favorit yang digunakan masyarakat sehingga memmbutuhkan kemampuan teknologi 5G. "Harus diakui, kebutuhan (needs-red.) akan 5G ini masih dicari killer content-nya," Nugi menambahkan.
Alhasil, sebagai langkah alternatif, Telkomsel mengambil pendekatan pemasaran 5G ke industri secara business to business (B2B). Lewat solusi humanoid robot, 5G drone, virtual reality hingga AR Industrial Work Instruction. Meskipun investasi di awal bagi industri ini terbilang lumayan besar, tetapi edukasi terkait azas manfaatnya terus digaungkan.
Selain itu, peran regulasi pun disebut Nugi menjadi faktor penting lainnya. Sebagai gambaran, China berhasil membangun 2 juta site yang sudah support 5G lantaran kebijakan pemerintahnya. Khususnya terkait komitmen pembangunan jaringan dan frekuensi yang digunakan.
Untuk urusan frekuensi ini, Kementerian Kominfo pun sejatinya sudah menegaskan bahwa jaringan 5G di Indonesia disiapkan untuk low band seperti pada pita frekuensi 700 MHz, middle band seperti pita frekuensi 3,5 GHz dan 2,6 GHz, serta high band pada pita frekuensi 26 GHz dan 28 GHz.
Dimana tiga layer pita frekuensi tersebut memiliki manfaat yang berbeda-beda, sehingga bisa saling support. Untuk low band, frekuensinya di bawah 1 GHz, cocok untuk pemerataan coverage karena sangat efisien, jangkauan sangat luas dan untuk perkotaan sangat bermanfaat untuk interpenetration. Pita frekuensi di bawah 1 GHz juga bisa menjadi solusi apabila sinyal kurang bagus ketika masyarakat masuk ke suatu area publik atau gedung.
Kemudian, pada layer kedua (middle band) berada di antara frekuensi 1 sampai 6 GHz, sebetulnya adalah pertengahan. Jangkauannya dapat, kapasitasnya juga lebih besar daripada yang low band. Sedangkan di high band berada di frekuensi 26 GHz dan 28 GHz, memiliki keunggulan dimana jaringan 5G bisa lebih responsif dan latensinya 1 milimeter per second dengan pick data rate mencapai 20 Gbps alias jauh lebih ngebut!
Namun tentu saja semua pita frekuensi tersebut belum sepenuhnya 'bebas' alias masih digunakan hal lain sehingga belum bisa dimanfaatkan operator untuk 5G. Sebab saat ini, Telkomsel masih menggunakan frekuensi 2,1 GHz dan 2,3 GHz untuk komersialisasi 5G. Sementara Indosat dan XL bermain di frekuensi 1,8 GHz.
![]() |
Baca juga: Berapa Modal Cicipi 5G di Level Dewa? |
"Soal frekuensi ini memang butuh percepatan dukungan regulator (dalam hal ini Kominfo-red.). Sementara MMwave wave (frekuensi 26 GHz) itu teknologi baru, jadi kita belum merilisnya. Di luar saja belum mature, ekosistemnya masih serabut. Maka suka tidak suka, kita tak bisa menggelar layanan dimana ekosistemnya belum support. Saya percaya, Kominfo akan melakukan evaluasi terkait MMwave ini, terlebih kita kemarin pengujian bisa mencapai kecepatan 5 Gbps pakai frekuensi 26 GB," kata Nugi.
Faktor lainnya yang mempengaruhi popularitas 5G adalah sosial ekonomi. Dimana jika dibandingkan negara maju seperti Korea dan Eropa itu memiliki daya beli jauh lebih kuat, sehingga mampu beli handset dan kuota internet lebih banyak. "Kalau di Indonesia mending orang beli motor dulu untuk narik ojol. Namun di negara maju juga gak semua langsung berhasil, tetap perlu waktu," lanjutnya.
Pertumbuhan pelanggan 5G Telkomsel sendiri diakui tak langsung lompat jutaan setelah pertama kali dirilis. Saat ini Telkomsel dikatakan Nugi baru memiliki 2.000 pengguna 5G, namun mereka memiliki target ambisius menjadi 15-20 juta pelanggan 5G pada tahun 2025 nanti.
Ya, memang progress-nya masih pelan-pelan jika dibandingkan dengan investasi yang mereka kucurkan untuk 5G ini. Lantas kenapa Telkomsel berani terjun ke 5G jika pasarnya pun masih berjuang mencari stabilitas? Nugi meyakini bahwa adopsi dan implementasi 5G ini bukan semata-mata soal mencari cuan. Namun ada gengsi muka Indonesia di mata dunia.
"Tanggung jawab moral," tegasnya.
"Sebelumnya Indonesia pernah ada di ranking 121 untuk kecepatan mobile internet di dunia, kalah dari banyak negara di ASEAN. Dengan teknologi 5G, kita bisa membuktikan diri dan memperbaiki wajah Indonesia lewat case by case. Misalnya use case 5G di MotoGP Mandalika, nanti ada momentum G20 dan itu berhasil," lanjut Nugi.
Ia pun coba menarik fenomena sosok kontroversial asal China, Jack Ma. "Siapa dulu yang percaya dia? Gak ada yang mau diajak kerjasama. Tetapi penolakan ini justru dilihat Jack Ma sebagai peluang, gak menunggu orang tetapi menciptakan sendiri. Dan yang penting itu punya keyakinan (yang terukur-red.), ini pula yang kita lakukan dengan 5G yang kita yakini akan melesat ke depannya sehingga bisa leading dalam kompetisi di lokal dan global," Nugi menandaskan.
(ash/fyk)