Risiko Kabel Laut Putus, Bukan Hanya Faktor Bencana Alam Saja
Hide Ads

Risiko Kabel Laut Putus, Bukan Hanya Faktor Bencana Alam Saja

Agus Tri Haryanto - detikInet
Jumat, 24 Sep 2021 16:14 WIB
Kabel Fiber Optik Bawah Laut
Faktor Kabel Laut Putus, Bukan Hanya Bencana Alam Saja. Foto: Defense.gov
Jakarta -

Kabel laut merupakan infrastruktur telekomunikasi yang paling vital perannya untuk menghubungkan koneksi internet antar wilayah, seperti geografis Indonesia. Tetapi, di sisi lain, kabel laut juga rawan putus.

Asosiasi Sistem Komunikasi Kabel Laut Seluruh Indonesia (Askalsi) yang khatam akan hal tersebut mengungkapkan kabel laut sebagai 'nyawa internet', khususnya di Indonesia.

"Statistik total di seluruh Indonesia, 99% internet dan suara disalurkan melalui kabel laut," ujar Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga Askalsi, Eky S Pratomo-Tedjo, Jumat (24/9/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Mengingat perannya yang tidak kecil dalam menyebarkan akses internet ke penjuru tanah air, Askalsi perlu ada dukungan pemerintah dalam mengamankan infrastruktur.

Ada beberapa faktor penyebab kabel laut putus, seperti aktivitas gunung berapi bawah laut dan bergesernya dasar laut, yang mana itu sangat sulit diprediksikan sebelumnya.

"Gunung berapi bawah laut mengeluarkan lahar panas yang merusak kabel," ucapnya.

Namun tidak hanya faktor alam, Askalsi mengungkapkan lebih dari 70% gangguan kabel laut yang sering terjadi itu oleh pihak ketiga.

Dengan gangguan kabel laut putus, waktu perbaikannya bisa memakan waktu dan biaya besar. Eky memaparkan durasi perbaikan tergantung sejumlah hal, yaitu:

1. Jadwal ketersediaaan kapal kabel (cableship/cable-vessel).
2. Proses perizinan
3. Perjalanan kapal kabel dari lokasi kapal yang tersedia tersebut hingga lokasi gangguan kabel laut
4. Proses teknis memperbaiki kabel yang terganggu.

Lebih lanjut, Eky mengatakan, perbaikan bisa mahal atau relatif murah bisa karena spesifikasi kapal kabel yang dibutuhkan dan durasi penggunaan kabel laut mulai dari berangkat ke lokasi hingga kembali lagi ke lokasi standby atau pelabuhan asal.

"Mohon diingat, selain biaya perbaikan, operator kabel laut juga menderita kerugian hilang pendapatan trafik telekomunikasi dan menyewa kabel laut lain selama gangguan terjadi," jelasnya.

Untuk itu, Askalsi dan para anggota pemain kabel laut perlu adanya dukungan pemerintah, yakni Bakmla, Ditjen Hubla Kementerian Perhubungan, hingga kepolisian air untuk membantu mengamankan potensi gangguan dari pihak ketiga.

"Yaitu, kapal yang labuh jangkarnya di sekitar jalur kabel, nelayan besar yang menjaring ikan di sekitar jalur kabel. (Sebab) pengamanan dari bencana alam tidak bisa dilakukan," pungkasnya.




(agt/fay)