XL Axiata menyebutkan bahwa penggelaran jaringan 5G merupakan salah satu rencana masa depan perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu dengan melakukan otomatisasi jaringan miliknya.
Saat ini XL memperkenalkan platform bernama Zero Touch Operation yang memungkinkan pengoperasian jaringan jadi lebih mudah dan cepat dari sebelumnya. Platform tersebut diketahui memanfaatkan teknologi Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning (ML).
"Yang kita lakukan ini baru permulaan. Sekarang kita sedang melakukan secara masif melihat ulang proses di perusahaan. Kita sebut akselerasi digitalisasi, tidak hanya operasional, tapi juga semua aspek proses perusahaan kita evaluasi, mana yang bisa diotomatisasi dengan tujuan memberikan layanan terbaik kepada pelanggan dan partner," tutur Direktur & Chief Information-Digitalization Officer XL Axiata, Yessie D Yosetya, Kamis (21/1/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yessy kemudian mencontohkan, digitalisasi bisa diterapkan pada sistem pembayaran maupun rekrutmen. Harapannya dengan mendigitalisasikan proses yang ada di perusahaan, di mana sebelumnya dikerjakan oleh manusia tapi sekarang oleh mesin, bisa meningkatkan produktif perusahaan.
"Jadi, itu adalah proyeksi besar yang akan kita lakukan di 2021. Tentunya, secara berkala memberikan progress secara company saat maju dengan digitalisasi," ucapnya.
XL seperti disampaikan Yessy, menegaskan bahwa perusahaannya berkomitmen terus menggelar jaringan, termasuk teknologi jaringan seluler terbaru yang akan datang ke Indonesia nantinya.
"Tentunya XL berkomitmen untuk investasi. Dari sisi jaringan di 2020 kita tidak berhenti, kemudian jaringan 2021 tetap membangun, memastikan bahwa sisi coverage dan kapasitas, jaringan kita akan tetap berkembang untuk pelanggan-pelanggan kita," jelasnya.
Maka dari itu, Yessy mengatakan proses otomatisasi yang dikerjakan operator seluler yang identik warna biru ini untuk mencapai penggelaran 5G di masa mendatang.
"Kenapa otomatisasi operasional ini sangat penting? karena ini menjadi salah satu prerequisite sebelum masuk dan menerapkan 5G. Bisa dibayangkan sekarang jaringan perangkat kita untuk radio sudah 140 ribu lebih," kata Yessy.
"Untuk bisa menggelar 5G jumlah perangkat jauh lebih banyak lagi, karena frekuensi yang dipakai tingkat tinggi. Jadi, perangkatnya yang dibutuhkan akan banyak lagi. Sehingga tidak mungkin operasionalnya mengandalkan manusia, harus ada mesin seperti AI di belakangnya," pungkasnya.
(agt/fay)