Sudah banyak negara yang menggelar dan mengkomersialkan jaringan 5G, namun sampai saat tulisan ini dibuat, jaringan tersebut belum hadir di Indonesia. Alasannya? Jelas soal regulasi, karena operator seluler di Indonesia sudah beberapa kali menjajal jaringan generasi ke-5 tersebut.
Bahkan ada beberapa operator yang sudah menguji jaringan 5G sejak dua tahun lalu, yaitu pada 2018. Operator tersebut adalah Telkomsel, XL Axiata, dan Indosat Ooredoo.
Telkomsel misalnya, mereka melakukan tes 5G untuk menyambut gelaran Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Dalam pengujian saat itu, Telkomsel menggunakan spektrum 28Ghz, yang menghasilkan kecepatan internet di atas 16Gbps.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Koneksi sekencang itu dipakai untuk memamerkan mobil tanpa sopir, juga lewat sejumlah acara di Telkomsel 5G Experience Center, Live Streaming, Football 2020, Future Driving, dan Cycling Everywhere.
Lalu ada XL Axiata, yang menjajal layanan berbasis 5G dan Wireless Gigabit (WiGig) di kawasan Kota Tua, Jakarta. Uji layanan 5G itu dilakukan dengan sejumlah aktivitas pengelolaan lingkungan perkotaan.
Contohnya adalah pengelolaan sampah, taman, pemeliharaan kebersihan sungai, serta WiGig untuk kamera CCTV dan layanan internet kecepatan tinggi lewat WiFi yang dinikmati secara gratis oleh pengujung di area demo.
Sementara Indosat Ooredoo pun tak mau kalah. Mereka menjajal jaringan 5G lewat 3D augmented reality (AR) dan test bed. Dalam pengujian tersebut kecepatan 5G yang didapat mencapai 10Gbps untuk setiap user equipment (UE) dari total 20Gbps yang tersedia.
Lalu 3D-AR menghadirkan pengalaman interaktif mendalam dengan objek virtual. Dalam demo tersebut, pengguna bisa melihat dan berinteraksi dengan objek virtual yang terlihat hidup, seperti anatomi manusia dan gambar 360 derajat dari planet bumi.
Operator lain yang sudah menjajal 5G adalah Smartfren, yaitu pada Agustus 2019. Saat itu, Smartfren menjajal jaringan 5G di pabrik minyak goreng PT Smart di Bekasi.
Dalam pengujian tersebut, kecepatan internet 5G milik Smartfren tembus 8,7Gbps, dengan kecepatan uploadnya mencapai 163Mbps. Smartfren menggandeng ZTE Corporation untuk pengujian 5G itu.
Terakhir adalah Tri Indonesia, yang menjajal jaringan 5G pada September 2019. Pengujian tersebut dilakukan di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya.
Hasil pengujian tersebut memperlihatkan kecepatan internet Tri tembus 1,2 Gbps. Sementara kecepatan uploadnya adalah 75,9 Mbps dengan latensi 11ms.
Uji coba 5G di jaringan Tri ini merupakan percobaan pertama di Indonesia yang dilakukan di live system secara end-to-end yang menggunakan frekuensi millimetre wave untuk 5G gNB radio, 80 GHz untuk E-Band transport, NSA3x untuk 5G Core Network di Semarang, serta HSS, PCRF dan VoLTE IMS di Jakarta dan perangkat 5G.
Operator butuh insentif ada di halaman selanjutnya....
Operator minta keringanan ke pemerintah
Implementasi 5G seringkali disebut sebagai sebuah keniscayaan, dan operator di Indonesia pun mengaku sudah siap untuk mengimplementasikan jaringan tersebut.
Namun perlu diingat, penggelaran jaringan generasi ke-5 itu tidaklah murah, dan Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) meminta pemerintah untuk memberi insentif kepada penyelenggara jasa telekomunikasi.
Hal itu, menurut Ketua Umum ATSI Ririek Adriansyah, lazim dilakukan di negara lain yang sudah mengadopsi 5G. Pada akhir 2019 lalu, Ririek menyebut seluruh operator telekomunikasi di Indonesia menyatakan kesiapannya menyediakan jaringan 5G bagi masyarakat maupun industri.
"Kami di ATSI mengharapkan adanya keringanan. Di tahap awal pengembangan misalnya kami diberikan BHP Holiday di tiga tahun pertama implementasi, sehingga kami terbantu membangunnya," kata Ririek.
Ririek melanjutkan, demi mempercepat proses pembangunan jaringan 5G, ia juga menilai pemerintah perlu melakukan sinkronisasi regulasi Pusat dan Daerah.
"Operator kita sendiri sudah melakukan trial 5G tahun ini sampai tahun depan. Kami mengharapkan tender spektrum bisa dilakukan 2021, sehingga pembangunannya bisa kita lakukan setelah itu," tegasnya.
ATSI berharap, Indonesia tidak kehilangan momentum memanfaatkan 5G sehingga keinginan pemerintah melakukan revolusi industri 4.0 bisa terbantu dengan teknologi.