Di puncak pegunungan di bekas bagian dari Kabupaten Paniai itu, Rudiantara menyapa 15 personel TNI dari Batalion 753 Raider Khusus yang melakukan penjagaan di tempat tersebut.
"Saat ini kita berada di ketinggian 3500 Mdpl, di lokasi ini nantinya akan dibangun tower microwave B2. Dari 52 tower yang kita bangun, 28 diantaranya kondisinya sama seperti ini berada di puncak-puncak gunung seperti ini," kata Rudiantara didampingi Dirut Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (Bakti) Kominfo, Anang Latif.
 Foto: Syahdan Alamsyah/detikINET |
Dijelaskan Rudiantara, dalam proses pembangunan 28 tower di titik yang terbilang ekstrim itu, harus menggunakan pengantaran logistik jalur udara, karena tidak ada akses jalan darat untuk mencapai tempat tersebut.
"Kita tidak bisa menarik fiber optik ke daerah pegunungan seperti ini, tidak bisa dilalui jalan darat karena tidak ada kendaraan. Semua material dan pekerja menggunakan helikopter, di sini juga kami dibantu oleh rekan-rekan TNI untuk menjaga keamanan di daerah-daerah ini," ujarnya.
Sebelum mendarat di lokasi tower B2, pantauan lewat udara juga dilakukan di tower B1 yang posisinya bisa dijangkau oleh kendaraan darat.
 Foto: Syahdan Alamsyah/detikINET |
"Tantangan membangun Indonesia adalah seperti ini, namun kita tidak pernah menyerah membangun untuk Indonesia," lanjutnya.
Rudiantara sempat terlibat percakapan serius dengan beberapa prajurit bersenjata di tempat itu, menanyakan soal logistik hingga kesehatan mereka.
Direktur Bakti, Anang Latif menjelaskan penjagaan oleh TNI diperlukan karena lokasi pegunungan kerap dijadikan basis oleh gerombolan bersenjata.
 Foto: Syahdan Alamsyah/detikINET |
"Ada beberapa titik kita juga pernah ada gesekan dengan gerombolan bersenjata, aparat TNI dilibatkan untuk mengusir mereka. Kita contohkan di Tigi, Kabupaten Timika ada beberapa konflik yang terjadi namun bisa diatasi dengan baik," ulasnya. (rns/rns)
