Cerita Warga Rote Tempuh Jarak 30 Km untuk ke Warnet
Hide Ads

Cerita Warga Rote Tempuh Jarak 30 Km untuk ke Warnet

Rachmatunnisa - detikInet
Rabu, 15 Agu 2018 09:37 WIB
Marce, warga Desa Oebela, Rote. NTT. Foto: Rachmatunnisa/detikcom
Oebela, Rote - Marce, warga Desa Oebela, Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengaku senang dengan masuknya internet di desanya. Baginya, internet akan membantu pekerjaannya sehari-hari.

Sebagai guru di sekolah dasar, wanita berusia 29 tahun ini ingin ingin memanfaatkan internet untuk memperkaya bahan pengajaran untuk anak-anak didiknya.

"Selama ini hanya mengandalkan bahan dari buku paket pelajaran. Kalau ada internet bisa cari gambar misalnya, atau bahan lainnya, anak-anak bisa belajar banyak," kata Marce.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia bercerita, kendala yang dihadapinya ketika akan mengakses internet bukan saja karena sulit sinyal, tetapi juga ketiadaan komputer atau laptop. Di desanya, orang yang punya komputer bisa dihitung dengan jari, bahkan nyaris tak ada.



"Di sekolah tempat saya mengajar pun tidak punya komputer. Anak-anak belum diajari komputer. Kalau saya perlu ke warnet, harus pergi ke Kabupaten. Jaraknya bisa 30-an km dari rumah saya pakai motor, sekitar 1 jam lebih," tutur Marce.

Cerita Warga Rote Tempuh Jarak 30 Km untuk ke Warnet Peresmian BTS di Desa Oebela, Rote, NTT. Foto: Rachmatunnisa/detikINET


Namun menurut wanita yang pernah mengikuti program pemerintah Guru Garis Depan ini, dengan masuknya jaringan internet ke daerahnya, setidaknya bisa membantunya mencari referensi di internet langsung dari ponselnya.

"Paling tidak bisa lihat dulu di hp, ada yang bisa dicatat saja. Kalau perlu pakai komputer baru ke warnet. Jadi sudah tahu apa yang mau dicari. Karena kalau lama-lama di warnet juga mahal biayanya. Belum lagi kalau butuh print dan fotocopy. Jadi bisa berhemat," terangnya.

Akses Internet Hingga Pelosok

Sesuai dengan arah pemerintah untuk membangun Indonesia dari daerah terdepan, Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informatika (BAKTI) berupaya memperluas ketersediaan internet di pelosok sehingga masyarakat daerah bisa menikmati layanan seluler dan internet sama seperti di kota.

Salah satu wujud nyata upaya tersebut adalah dengan membangun BTS 4G bertenaga surya di Desa Oebela yang baru diresmikan.

"NTT, Kabupaten Rote, ini wilayah paling selatan Indonesia, salah satu yang mendapat perhatian pemerintah dalam penyediaan akses telekomunikasi dan internet. Akses komunikasi ini sangat strategis karena menghubungkan masyarakat di daerah 3T dan daerah lainnya," sebut Direktur Infrastruktur BAKTI Dhia Anugrah Febriansa, ditemui di sela acara peresmian BTS di desa Oebela, Rote, NTT.

Cerita Warga Rote Tempuh Jarak 30 Km untuk ke Warnet Foto: Rachmatunnisa/detikINET


Menkominfo Sebut 5G untuk Industri, Bukan Individu, tonton videonya di sini:

[Gambas:Video 20detik]



Disebutkan Odie, begitu dia akrab disapa, selain pembangunan BTS, BAKTI juga memberikan penyediaan layanan akses internet di tujuh desa di Kabupaten Ro yakni Desa Tunganamo, Oetutulu, Modosinal, Meneana, Tuabolok, Desa Nda/Nuse, dan Holoama.

Mayoritas penyediaan layanan akses internet, diberikan ke sekolah-sekolah, pelayanan kesehatan atau puskesmas dan pelabuhan.

"Adanya akses internet di lingkungan publik, diharapkan dapat membantu kegiatan belajar mengajar di sekolah, serta penanganan kesehatan masyarakat dapat lebih cepat tertangani," harapnya.



Di NTT, secara keseluruhan, BAKTI memiliki 62 BTS dengan status on air, ada 35 BTS yang sedang dalam tahap pembangunan, 2 BTS sedang progres instalasi VSat dan 2 lainnya sedang proses integrasi dengan BTS.

Sedangkan untuk di Kabupaten Rote sendiri ada lima sites BTS BAKTI yang tersebar di lima desa meliputi Desa Helebeik, Suebela, Mukekuku, Lenupetu dan Oebela.



(rns/fyk)