Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
'Kalau Mau Turun Tarif, Ya Turun Saja'

'Kalau Mau Turun Tarif, Ya Turun Saja'


Achmad Rouzni Noor II - detikInet

Dirut Telkomsel Ririek Adriansyah (Foto: detikINET/Rachman Hariyanto)
Jakarta - Operator seluler Telkomsel masih kurang sreg dengan rencana penurunan tarif interkoneksi yang jadi salah satu komponen panggilan telepon lintas operator (off-net).

Menurut Direktur Utama Telkomsel Ririek Adriansyah, interkoneksi harusnya tetap mengacu pada benchmark internasional yang menggunakan skema berbasis biaya atau cost based.

"Semua berbasis pada cost, itu yang paling fair. Karena jelas, operator yang punya 10 BTS dan 100 BTS, biaya yang dikeluarkan pasti beda," ujarnya tadi malam dalam acara buka bersama dengan media, Senin (27/6/2016).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dengan demikian, Ririek menilai, tak seharusnya rencana penurunan tarif interkoneksi ini dijadikan kampanye janji manis operator lain bahwa akan berpengaruh pada penurunan tarif ritel besar-besaran.

Karena faktanya, biaya interkoneksi cuma sebagian kecil atau sekitar 15% dari variabel komponen tarif ritel secara keseluruhan yang terdiri dari beberapa variabel biaya seperti service activation fee, marketing, dan margin.

Sehingga dengan penurunan 25% biaya interkoneksi dari 15% tarif ritel saat ini yang dibebankan kepada pelanggan -- yang berkisar di angka Rp 1.500 – Rp 2.000 per panggilan lintas operator -- dinilai tidak akan signifikan.

"Komponen biaya interkoneksi terhadap ritel itu kecil sekali. Jadi kalau (operator lain niatnya) mau nurunin tarif ritel, ya nurunin saja (tanpa perlu klaim bawa-bawa interkoneksi)," sindir Ririek.

Meski kurang sreg dengan rencana itu, Telkomsel selaku penguasa pasar seluler mengakui sebenarnya mereka tidak alergi dengan rencana penurunan tarif itu, asalkan mengedepankan azas keadilan.

"Saat biaya interkoneksi tidak lagi berbasis cost, operator bisa tidak termotivasi lagi untuk bangun karena tidak dihargai lagi usahanya. Meskipun ada wacana turunnya per unit price perangkat jaringan, tapi masalahnya kita kan selalu lakukan modernisasi," keluh Ririek.

Menurut Telkomsel, dengan turunnya harga unit perangkat jaringan, itu bukan berarti investasi mereka akan menurun. Justru kata Ririek, itu adalah kesempatan untuk lebih memperluas jangkauan sekaligus memperkuat kapasitas.

"Pertama, perangkat itu ada umur pakai. Kedua, butuh tambahan kapasitas. Ketiga, kita butuh nambah coverage. Unit price turun tapi volume tambah banyak. Kita dalam 3-5 tahun terakhir bangun lebih cepat dibanding 10 tahun terakhir karena pertumbuhan data cepat," pungkasnya.

Itu pula yang bikin Telkomsel jauh meninggalkan kompetitornya. Telkomsel saat ini telah membangun 116 ribu base transceiver station (BTS). Sementara Indosat hanya 53 ribu BTS dan XL Axiata 59 ribu BTS. (rou/ash)
TAGS





Hide Ads