VP Marketing & Communications Ericsson Indonesia Hardyana Syintawati memprediksi, pada tahun 2020 nanti sekitar 50 miliar perangkat akan terkoneksi. Mau tidak mau, industri dan konsumen pun harus menyesuaikan diri menyongsong era Internet of Things (IoT).
"Industri berubah, behavior konsumen ikut berubah. Transformasi ini akan meliputi segala bidang, mulai dari health, education, media, transportation, banking, utility dan retail," paparnya dalam media briefing di Marche, Plaza Senayan, Jakarta, Rabu (1/6/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Lifestyle Network Effect
Perubahan gaya hidup akan terjadi dengan adanya koneksi internet. Salah satu dampaknya adalah marak sharing economy, dan orang senang mencari tahu pendapat dan review ketika akan berbelanja atau menggunakan sebuah layanan.
"Ojek online dan ride sharing itu contoh mulai menggeliat economy sharing, di mana orang mulai berpikir menghasilkan uang dari aset pribadi. Dan apa-apa sekarang orang akan merujuk ke internet untuk mencari tahu sebuah barang atau layanan bagus atau nggak sebelum membelinya," kata wanita yang akrab disapa Nana ini.
2. Streaming Native
Konten streaming diprediksi akan terus meningkat, dan kebutuhan akan data pun melonjak. Dalam riset Ericsson, pengguna internet mengakses konten streaming lebih dari 3 jam dalam sehari, termasuk streaming film, video dan musik.
3. AI (Artificial Intelligence) Ends the Screen Age
Dengan AI atau kecerdasan buatan, berbagai perangkat bisa dikontrol langsung. Tren ini perlahan akan mulai melepaskan ketergantungan terhadap user interface perangkat yang ditampilkan di layar. Teknologi AI bisa dikendalikan oleh inisiatif yang sudah terekam dari kebiasaan penggunanya, sehingga sebuah perangkat bisa beroperasi dengan sendirinya tanpa harus dikontrol
4. Virtual Gets Real
Tren virtual reality tak sekadar meeting virtual yang kini sering dilakukan kantor-kantor modern yang sibuk. Jauh di luar itu, virtual reality bisa merambah berbagai hal. Contohnya, saat ini sudah mulai dikembangkan mall virtual di mana barang yang dijual di online shop bisa ditampilkan dalam wujud yang seolah nyata, seperti berbelanja langsung di mall.
5. Sensing Homes
Sekitar 55% pengguna smartphone percaya bahwa tembok rumah bisa dibenamkan berbagai macam sensor. Hal ini memungkinkan rumah menjadi pintar sehingga mampu mendeteksi segala kerusakan dan akan dilaporkan langsung melalui aplikasi di smartphone.
"Kita tidak tahu kan, bisa saja tembok memberitahu ketika misalnya si anak mencoret-coret dinding. Seolah berbicara seperti itu karena ada sensornya," canda Nana memberi contoh.
![]() |
6. Smart Commuters
Pengguna transportasi kini tidak hanya diam saat sedang dalam kendaraan. Mereka ingin tetap produktif, mengakses berbagai sumber informasi. Kebiasaan semacam ini sebenarnya sudah dimulai, namun ke depannya kebutuhan akan konten hiburan dan informasi on the go akan lebih meningkat lagi.
"Konektivitas di transportasi umum akan semakin baik dan operator saling peduli pada jaringan di area seputar jalur transportasi umum. Pembuat konten pun masuk meramaikan, karena tingginya permintaan konten informasi dan hiburan, sambil macet mereka bisa ngapain aja," terang Nana.
7. Emergency Chat
Media sosial menjadi pilihan masyarakat untuk melaporkan informasi atau kejadian penting secara real time.
Ericsson berharap masyarakat punya opsi lain ketika menghadapi keadaan darurat, misalnya emergency chat yang bisa diakses secara gratis tanpa koneksi internet, pulsa, atau ketika tidak ada sinyal.
8. Internables
Internables akan menjadi kelanjutan tren wearable device. Jika wearable device digunakan di anggota tubuh seperti smartwatch, kacamata pintar atau gelang pintar, internables memungkinkan sensor ditanamkan di dalam tubuh.
Teknologi ini sudah dimulai di beberapa negara maju, contohnya penanaman lensa pada mata untuk penderita kebutaan, sensor pendengaran dan lain-lain.
9. Everything Gets Hacked
Dengan terkoneksinya semua perangkat ke internet, risiko peretasan mengintai. Semua perusahaan teknologi yang mengembangkan sistem IoT pun berupaya segala macam cara untuk melindungi penggunanya.
"Risiko untuk di-hack selalu ada, kita tidak bisa menghindari. Namun kebanyakan kasus hack bukan selalu high tech. Kebanyakan adalah kesalahan si pengguna, misal password yang obvious, mudah ditebak. Tapi jelas dari kami, bagaimana caranya berusaha melindungi," sebut Nana.
10. Netizen Journalists
Tren netizen journalist memang bukan sesuatu yang baru, namun akan terus berlanjut mengingat semakin tinggunya kepekaan publik mengenai masalah di sekitarnya yang harus dibagi ke orang lain.
"Orang lebih percaya bahwa melaporkan sesuatu dengan cara online akan lebih berdampak dan didengar, kemudian viral," tutup Nana. (rns/ash)