Tak Juga Terbang, Apa Kabar Balon Internet Google?
Hide Ads

Tak Juga Terbang, Apa Kabar Balon Internet Google?

Adi Fida Rahman - detikInet
Senin, 30 Mei 2016 17:19 WIB
Foto: detikINET/Ardhi Suryadhi
Jakarta - Bulan Mei sudah akan berakhir, tapi balon internet Google Loon belum juga mengangkasa di langit Indonesia. Ada apa gerangan?

Saat dijumpai usai acara peluncuran Freedom Combo 2.0 di Jakarta, Senin (30/5/2016), CEO Indosat Ooredoo Alexander Rusli mengatakan sebab musababnya. Dijelaskannya persiapan teknis Google Loon sejatinya sudah dilakukan. Hanya saja sampai saat ini belum mendapatkan izin terbang dari pemerintah.

"Ada peralatan yang harus disetup di tempat kami, itu sudah selesai. Tapi tinggal balonnya aja belum masuk sini. Karena belum ada izin terbang," ungkap Alex.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pria berkacamata ini optimis balon internet Google tetap berjalan dan mendapatkan izin dari pemerintah. Pasalnya di sejumlah negara proyek ini sudah mulai berjalan. "Tidak mungkin batal, mereka (Google) sudah menghabiskan jutaan dolar untuk Loon," kata Alex.

Ketika Google Loon akhirnya mengangkasa di langit Indonesia, Indosat Ooredoo akan mempergunakan untuk memperluas jangkauan jaringan internet. Daerah rural akan menjadi tempat pengaplikasiannya, sebab Loon tidak cocok digunakan untuk area padat.

"Bayangkan kalo tower di daerah padat, kalo kapasitasnya mau ditambah bisa ditaruh tower di tengah-tengah. Kalo balon gak bisa, nanti tabrakan. Memang itu solusi untuk intensitas yang rendah, bukan kota atau area padat," jelas Alex.

Seperti diketahui kerja sama untuk menerbangkan balon Google telah disepakati bersama Telkomsel, Indosat, dan XL Axiata saat mengunjungi markas Google, akhir November 2015 lalu. Balon Google itu rencananya akan menyebarkan sinyal 4G lewat udara di spektrum 900 MHz.

Balon Google ini nantinya akan terbang dan bergerak mengelilingi Indonesia di atas ketinggian 20 kilometer dengan radius pancaran sinyal 40 kilometer. Sinyal yang dihantarkan merupakan sinyal seluler 4G LTE dengan base station buatan Google sendiri.

Balon itu bisa terbang selama 150 hari di angkasa. Sebelum balon itu kempis, pihak Google akan mengarahkan lokasi pendaratan balon tersebut di daratan kosong, bukan di lautan, agar perangkat radio pemancarnya bisa diambil dan dimanfaatkan lagi.

Radio pemancar yang menempel di balon itu disediakan oleh Google, yang telah didesain khusus agar tahan terhadap air sampai angin kencang. Sementara itu, radio pada balon itu tetap terhubung dengan menara pemancar di darat milik operator seluler.

Dalam catatan, Google sendiri mengkalkulasi Indonesia membutuhkan sekitar 6.000 balon jika ingin seluruh area Nusantara kebagian sinyal dari atas balon udara. Namun yang diuji coba tak akan sebanyak itu. (afr/fyk)