"Yang mendominasi pasar digital di Indonesia masih konten global, bukan konten lokal," kata Sarwani Dwinanto, Ketua Bidang Pengembangan Konten & Ekosistem Internet APJII dalam seminar bertajuk 'Teknologi Digital dan Branding Pariwisata Sulawesi Selatan' di Hotel Santika, Makassar, Jumat petang (29/4/2016).
APJII bisa bicara demikian karena mereka punya semua datanya. Asosiasi yang telah berkiprah selama 20 tahun terakhir itu membawahi lebih dari 300 perusahaan internet service provider (ISP) di Tanah Air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun lagi-lagi, sayangnya konten yang mendominasi masih penyelenggara over the top (OTT) buatan asing. Facebook, misalnya, angka penggunanya di Indonesia telah menembus 73 juta. Pun demikian dengan Twitter, Path, dan media sosial lainnya.
Alhasil, yang rugi adalah kita sendiri. Karena menurut APJII, banyak devisa yang keluar dari Indonesia dan masuk ke kantung para OTT asing tersebut tanpa ikut kita nikmati. Duit yang dikeruk dari Indonesia berupa pundi-pundi iklan digital.
"Sayangnya dalam setahun terakhir ada uang Rp 14 triliun yang keluar dari Indonesia lewat digital ads. Mayoritas dimakan oleh Facebook dan Google," sesal Sarwani.
Hal itu makin membuat miris karena hingga saat ini belum ada konten lokal yang benar-benar bisa menggoyang dominasi para konten OTT asing tersebut. Geliat usaha rintisan digital alias startup penghasil konten lokal pun kerap dijegal oleh OTT global itu dengan iming-iming gelontaran uang banyak untuk akuisisi.
"Alhasil, banyak konten OTT lokal yang dibeli dan kemudian dimatikan supaya tidak tumbuh kembang. Ini yang membuat kami bersama asosiasi lainnya seperti Mastel, tergerak untuk mengumpulkan dana agar bisa membantu konten lokal tumbuh," papar Sarwani.
Dengan tumbuhnya konten lokal, tentunya juga akan membantu bisnis para penyelenggara ISP lokal. Pasalnya, kata Sarwani, dari tiap 300 ISP yang tergabung di APJII, ada lima server yang terbilang nganggur. "Totalnya bisa ada sekitar 1.500 server," katanya.
Rencana untuk memperkuat konten lokal pun juga telah jadi perhatian Telkomsel saat menggelar program The Next Dev. Lewat program itu, Telkomsel jelas berharap akan ada konten jagoan dari lokal yang bisa menggemparkan ranah global.
Strategi memperkuat konten lokal memang sudah ada dalam rencana jangka panjang Telkomsel dalam roadmap DNA: Digital, Network, Application. Selain konten, infrastruktur jaringan juga jadi perhatian utama Telkomsel yang telah menggelar 4G di 100 kota di Indonesia.
Untuk menguji keandalan jaringannya, Telkomsel juga menggelar program Ekspedisi Langit Nusantara (Elang Nusa). Telkomsel melepas dua drone, Elang Barat dan Elang Timur yang diterbangkan dari Sabang dan Merauke. Kedua drone dengan bentang sayap 2,4 meter itu akan menempuh jarak total sepanjang 8.500 km sebelum bertemu di Denpasar.
Selama sebulan penuh sejak 14 April hingga 14 Mei 2016, kedua drone itu akan merekam video yang kemudian diunggah melalui jaringan broadband Telkomsel. Sehingga masyarakat dapat mengikuti perjalanan secara lengkap, baik melalui live streaming maupun recorded di situs www.telkomsel.com/elangnusa.
Ayo ikuti Ekspedisi Langit Nusantara dan jadilah saksi keindahan Bumi Indonesia.
(rou/rns)