Mengenal Teknologi Drone Elang Barat
Hide Ads

Ekspedisi Langit Nusantara

Mengenal Teknologi Drone Elang Barat

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Senin, 18 Apr 2016 07:14 WIB
Foto: detikINET/Anggoro Suryo Jati
Medan - Bayangan mengenai drone Elang Barat dari Ekspedisi Langit Nusantara Telkomsel akan seperti drone lain yang dijual di pasaran langsung sirna saat melihat tempat pengontrolnya, yang jauh dari kata simpel.

Memang, tim Ekspedisi Langit Nusantara juga mengoperasikan drone 'biasa', yaitu DJI Phantom. Namun drone keluaran perusahaan asal China tersebut hanya digunakan untuk merekam Elang Barat saat beraksi di langit.

Berbeda dengan DJI Phantom yang bertenagakan baterai, Elang Barat menggunakan bahan bakar Pertamax, yang tangkinya bisa menampung bahan bakar untuk terbang selama 3 jam nonstop.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pilot dan copilot Elang Barat saat mendarat di Medan adalah Satria Arif dan Albinuari, yang ditemui detikINET akhir pekan lalu di Pangkalan Udara (Lanud) Soewondo, Medan, Sumatera Utara.

Satria dan Albi mengemudikan Elang Barat dari mobil yang terus mengikuti drone ini dari darat. Mereka duduk di bak mobil double cabin, yang dilengkapi dengan peralatan pengontrol drone.

Dalam bak mobil itu, terdapat dua buah monitor besar, juga setidaknya ada tiga buah antena yang berfungsi sebagai alat komunikasi antara drone dan tim yang ada di bawah.

Antena-antena ini punya fungsi berjalan di frekuensi yang berbeda, yaitu untuk mengontrol drone dan juga mengirimkan video yang direkam menggunakan kamera GoPro yang terpasang di Elang Barat.

Drone buatan PT. Graha Cipta ini juga bisa dijalankan secara autopilot, yaitu dengan menentukan koordinat lokasi penerbangan. Namun hal ini juga tak bisa dilakukan secara terus menerus karena ada syarat yang harus dipenuhi agar fitur autopilot bisa berjalan.

"Minimal ada 10 satelit GPS yang tertangkap sinyalnya, kurang dari itu terlalu berisiko soal akurasi posisinya. Lalu kami harus bisa terbang dengan ketinggian minimal 150 meter, untuk menghindari hambatan," jelas Satria dan Albi.

Dituturkan Satria, jarak antara mobil dan drone ini sebenarnya bisa mencapai 30 km. Namun ia tak mau ambil risiko, jadi dalam dua hari penerbangan dari Sabang hingga Medan, jarak maksimal antara mobil dan drone dipatok di angka 20 km.


Selain mobil yang ditumpangi Satria dan Albi, ada juga satu mobil lagi yang berfungsi untuk mengirimkan video yang sudah direkam ke situs www.telkomsel.com/elangnusa. Setelah Medan, Elang Barat akan melanjutkan perjalanan ke Sibolga, yang menjadi satu dari dari 50 kota yang akan disinggahi dua drone Ekspedisi Langit Nusantara Telkomsel -- Elang Barat dan Elang Timur -- sebagai pembuktian keandalan jaringan mobile broadband 4G LTE Telkomsel di 50 kota dari Sabang sampai Merauke.

Selama sebulan penuh sejak 14 April hingga 14 Mei 2016, kedua drone itu akan merekam video yang kemudian diunggah melalui jaringan broadband Telkomsel. Sehingga masyarakat dapat mengikuti perjalanan secara lengkap, baik melalui live streaming maupun recorded di situs www.telkomsel.com/elangnusa.

Ayo ikuti Ekspedisi Langit Nusantara dan jadilah saksi keindahan Bumi Indonesia.
(asj/rou)
Berita Terkait