Ditemui detikINET di Pangkalan Udara (lanud) Soewondo, pilot dan co-pilot Elang Barat yang bernama Satria Arif dan Albinuari kompak menyebut angin sebagai masalah terbesar mereka dalam menerbangkan drone dari Sabang sampai ke Medan.
"Drone ini cuma bisa toleransi angin dengan kecepatan sampai dengan 15 knot, di atas itu kita harus turunin karena bahaya," ujar Satria pada detikINET, Sabtu (16/4/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat hal itu terjadi, pendaratannya pun bisa dilakukan di bermacam tempat karena darurat. "Pernah landing di lapangan, pernah juga di jalan raya," tambah Albi.
Pendaratan darurat ini tak cuma dilakukan ketika angin kencang, juga saat hujan turun karena drone ini tak didesain untuk tahan air. "Knalpotnya menghadap ke atas, jadi kalau hujan turun ya kemasukan air," tambahnya.
Untungnya Elang Barat dilengkapi fitur bernama return to home (RTH), yang membuat drone ini secara otomatis kembali ke koordinat semula saat diaktifkan. Jadi ketika tim pengendali drone mendapat laporan ada hujan yang turun di lokasi tujuan, mereka akan segera mengaktifkan fitur RTH.
![]() |
Setelah Medan, Elang Barat akan melanjutkan perjalanan ke Sibolga, yang menjadi satu dari dari 50 kota yang akan disinggahi dua drone Ekspedisi Langit Nusantara Telkomsel -- Elang Barat dan Elang Timur -- sebagai pembuktian keandalan jaringan mobile broadband 4G LTE Telkomsel di 50 kota yang melintasi 8.500 km dari Sabang sampai Merauke.
Selama sebulan penuh sejak 14 April hingga 14 Mei 2016, kedua drone itu akan merekam video yang kemudian diunggah melalui jaringan broadband Telkomsel. Sehingga masyarakat dapat mengikuti perjalanan secara lengkap, baik melalui live streaming maupun recorded di situs www.telkomsel.com/elangnusa.
Ayo ikuti Ekspedisi Langit Nusantara dan jadilah saksi keindahan Bumi Indonesia. (asj/ash)












































