Seperti diketahui, dari 10.000 menara yang dimiliki XL, 6.000 di antaranya telah dijual. Pada tahap pertama akhir 2014 lalu, 3.500 menara telah dijual ke Solusi Tunas Pratama (STP) dengan nilai transaksi Rp 5,6 triliun.
Dan satu setengah tahun kemudian, XL kembali melepas 2.500 menaranya ke Profesional Telekomunikasi Indonesia (Protelindo) dengan nilai transaksi Rp 3,568 triliun dalam bentuk uang tunai seluruhnya yang akan rampung 30 Juni 2016.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tak ada lagi jual menara. Pertama, menara yang tersisa itu untuk core network, kalau dijual bisa mengganggu konfigurasi jaringan. Kedua, setelah penjualan 2.500 menara ini, fundamental keuangan XL makin membaik," tegasnya di Menara Prima, Jakarta, Selasa (29/3/2016).
Dipaparkan Adlan, duit yang akan diterima dari hasil penjualan 2.500 menara ini akan digunakan untuk membayar hutang dalam bentuk rupiah. Sementara hutang dalam bentuk dolar AS, akan dibayar setelah melakukan right issue.
"Right issue masih proses. Jadi uang hasil jual menara ini akan kami gunakan untuk bayar hutang dalam bentuk IDR, untuk membayar pinjaman beberapa bank. Tahun ini ada jatuh tempo sekitar Rp 3,99 triliun," ungkapnya.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal ketiga 2015, utang emiten berkode EXCL itu mencapai Rp 19,78 triliun. Angka itu terdiri atas utang jangka pendek sebesar Rp 3,33 triliun dan jangka panjang Rp 16,38 triliun.
Pada periode yang sama, XL Axiata mengalami kerugian sebesar Rp 506 miliar. Pada periode sebelumnya, rugi sempat menyentuh angka Rp 838 miliar.
Sementara dari hutang itu, sekitar Rp 6,8 triliun di antaranya adalah hutang dalam bentuk dolar sebesar USD 500 juta. Uang ini merupakan pinjaman XL ke induknya, Axiata, saat membeli Axis Telekomunikasi Indonesia, dua tahun yang lalu.
Untuk membayar hutang yang jatuh tempo pada 2019, XL pun menyatakan siap menjual saham baru (rights issue) sebanyak 2,75 miliar lembar agar bisa memperoleh duit USD 500 juta. Proses right issue ini, diharapkan Adlan, bisa selesai pada Juni mendatang.
Adlan mengatakan, proses penambahan 30% saham tersebut sudah disetujui Otoritas Jasa Keuangan. PT Mandiri Sekuritas dipilih sebagai penjamin pelaksana emisi.
Lantas, bagaimana dengan rencana ekspansi jaringan 4G tahun ini dan keinginan XL untuk ikut tender spektrum di 2,1 GHz pada pertengahan tahun nanti? Adlan pun memastikan, tak ada kendala untuk itu.
"Semua sudah kami siapkan melalui belanja modal atau capital expenditure yang tahun ini kami alokasikan Rp 7 triliun. Jadi, kami tak perlu menjual 4.000 menara lagi," pungkasnya. (rou/ash)