Mereka barangkali seperti alang-alang yang punya banyak serep nyawa. Mati satu tumbuh sepuluh, bahkan seratus. Seperti itulah semangat para pengusaha muda pendiri startup digital Indonesia.
Bahkan di Lembah Silikon pun, menurut John Prasetio, Duta Besar Indonesia di Korea Selatan, lebih banyak yang gagal dan mati ketimbang yang berhasil dan sukses besar seperti Facebook dan Google. Tapi semangat mendirikan startup tak lantas pudar. Imbalannya, jika berhasil, memang sangat besar.
Demikian pula di Indonesia. "Kami mulanya hanya iseng-iseng...eh jadi juara," kata Abdul Basir, pendiri Rumah Sinau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rumah Sinau, seperti juga dua pemenang NextDev 2015 lainnya, Gandeng Tangan dan Jejakku, memang masih bayi. Apakah mereka bisa bertahan hidup atau tidak, juga sulit diramal.
Rumah Sinau belum mendapatkan suntikan modal dari investor. Mereka bertahan hidup dengan komisi dari transaksi lewat Rumah Sinau dan sejumlah program mereka. "Tapi kami jalan terus. Kami sudah punya banyak rencana," kata Abdul, optimistis.
Model bisnis sosial Jejakku kurang lebih mirip dengan Rumah Sinau. Luthfi Ali, satu dari dua pendirinya, menuturkan mereka menghubungkan antara penyedia jasa perjalanan dengan pelanggan.
Bedanya, Jejakku menambahkan kampanye dan program sosial dalam paket-paketnya. Peluang bisnis wisata di Indonesia, menurut Ahimsa Afrizal, juga pendiri Jejakku, masih sangat besar. Mengutip data Kementerian Pariwisata, ada jutaan perjalanan wisata di Indonesia dalam setahun.
Gandeng Tangan beruntung ada satu yayasan yang menjadi 'investor'. Untuk urusan gaji karyawan, paling tidak dalam dua tahun, menurut Nur Roni Dinnurohman, salah satu pendiri, mereka tak lagi pening.
Bisnis sosial Roni, Dhini Hidayati, dan Betania Jezamin ini agak unik yakni crowdlending. Mereka menggalang pemberi pinjaman dan menyalurkannya kepada perusahaan sosial yang membutuhkan.
Namanya pinjaman, duit dari banyak orang itu wajib dikembalikan. Sudah enam pengusaha sosial yang mereka bantu. "Sampai saat ini, pengembaliannya masih lancar," kata Roni.
Adita Irawati, VP Corporate Communication Telkomsel menyatakan, pihaknya akan membantu menghubungkan perusahaan-perusahaan yang masih merangkak ini dengan pemodal ventura. "Jika mereka perlu bantuan untuk mengakses market, kami juga akan bantu," kata Adita di Seoul, dua hari lalu.
Selama di Seoul, Telkomsel mempertemukan Rumah Sinau, Gandeng Tangan, dan Jejakku, dengan Microsoft Korea Selatan dan pengelola smart-city di Otoritas Incheon Free Economic Zone.
Perjalanan ke Negeri K-Pop ini merupakan bagian dari hadiah 5M yang didapat oleh para pemenang The NextDev, yang terdiri dari Market Access, Marketing Publicity, Mentoring, Management Trip dan Money.
Β
"Seperti yang kita ketahui, Korea Selatan merupakan salah satu negara penghasil inovasi dan kreasi teknologi terbaik di dunia. Untuk itu kami mengajak para pemenang NextDev untuk datang langsung ke Korea Selatan sehingga mereka akan mendapatkan berbagai pengetahuan baru seputar teknologi terkini dan pengalaman langsung akan penggunaan teknologi di masyarakat digital yang sudah matang," jelas Adita.
Β
Di perjalanan ini, tiga tim aplikasi terbaik The NextDev yaitu Rumah Sinau, Gandeng Tangan, dan Jejakku mengunjungi beberapa lokasi pusat teknologi seperti Samsung Dβlight, Microsoft Korea, IFEZ (Incheon Free Economic Zone) dan Compact Smart City. Di lokasi-lokasi tersebut para peserta mendapat berbagai ilmu dan melihat secara langsung bagaimana ide teknologi menjadi kenyataan.