Dengan semakin banyaknya produsen yang mau memproduksi ponselnya di Indonesia, diharapkan akan membuka mata dunia bahwa negara ini semakin menarik sebagai pilihan investasi.
Misi ini diusung oleh tiga kementerian, yakni Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan. Itu sebabnya, ketiga menteri itu sampai bela-belain hadir di sebuah acara pengumuman pabrikasi lokal hingga larut malam.
Menkominfo Rudiantara, Menperin Saleh Husin, dan Mendag Thomas Lembong, hadir untuk ikut meresmikan pabrikasi buah kerja sama Lenovo dengan Tridharma Kencana (TDK) yang menghadirkan ponsel 4G murah 'made in Indonesia' dari pabrik di Serang, Banten.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Langkah Lenovo semakin memperpanjang daftar produsen ponsel yang melokalisasi produknya. Sebelumnya, belasan produsen melakukan hal yang sama yaitu merek Samsung, Oppo, Haier, IVO untuk Bolt dan Venera, Modem Bolt dan ZTE untuk Bolt, Polytron, Evercross, Advan, Axioo, MITO, Gosco, SPC, dan Asiafone.
Sementara itu, dari pemilik merek, terdapat Huawei Tech Investment yang menggunakan fasilitas produksi PT Panggung Electric Citra Buana dan Smartfren Telecom. Ketiga menteri berharap, pabrikasi ini juga menambah lapangan kerja dan mendekatkan produsen pada pasarnya.
Mereka juga berharap, ekspansi pabrik ini bisa diteruskan dengan pembangunan industri komponen dalam negeri, sehingga diharapkan dapat menjadi bagian dari rantai produksi untuk pasar ponsel secara global.
βPangsa pasar Indonesia yang besar sudah memanjakan produsen ponsel. Saatnya kita menjadi bagian aktif industri ini dan tidak hanya menjadi penonton,β tutur Menteri Saleh dalam acara Lenovo tadi malam di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (4/11/2015).
Aktivitas produksi di Indonesia, kata dia, dapat dimanfaatkan produsen sebagai salah satu keunggulan dalam memasarkan produk ke konsumen Indonesia. Sebaliknya, Kemenperin akan mengedukasi konsumen tentang ponsel-ponsel mana saja yang diproduksi di Indonesia.
βSehingga konsumen tahu mana saja ponsel yang telah berkontribusi pada ekonomi Indonesia. Kita perlu memainkan sentimen-sentimen kedekatan atau proximity seperti itu,β ujar Saleh.
Hal ini diyakini turut merangsang prinsipal ponsel untuk melakukan pabrikasi di Indonesia dan produsen yang masih memproduksi di luar negeri diharapkan segera melakukan aksi korporasi serupa.
βSelama ini kan produsen dan prinsipal sudah menikmati pasar domestik Indonesia, menarik duit dari konsumen. Kini sudah saatnya juga menanam modal dan membangun pabrik ponsel,β lanjut Saleh.
Menurutnya, pemerintah memiliki komitmen kuat untuk mengembangkan TKDN di ponsel 4G. Aturan ini akan berlaku efektif mulai 1 Januari 2017 dan semua smartphone 4G harus mempunyai kandungan lokal minimal 30%.
Selain dari sisi pabrikasi, pemerintah menurut Menkominfo Rudiantara juga mendorong tumbuhnya industri pengembangan perangkat lunak dan aplikasi. Mulai dari aplikasi ringan seperti game, hingga aplikasi berat untuk transaksi keuangan yang menunjang e-commerce.
"Saya dan Pak Thomas Lembong juga mengkampanyekan program ini saat berkunjung ke Silicon Valley, bahwa industri e-commerce kita akan mencapai USD 130 billion by 2020. Itu achievable kalau semua komponen DNA industri mendukung, mulai dari device, network, dan application," ujarΒ Rudiantara.
Namun sayangnya, di era 4G ini, belum semua masyarakat mampu membeli ponselnya karena harganya yang masih relatif mahal dan didominasi oleh brand high-end. Kata menteri, harga ponsel 4G rata-rata saat ini masih di atas Rp 5 juta, dan baru mampu dibeli oleh 10 juta pelanggan saja.
"Bayangkan, kalau semakin banyak handset 4G dengan harga di bawah Rp 1 juta, daya beli masyarakat lebih tinggi lagi untuk dapatkan handset 4G. Saya percaya dengan handset murah ini 4G bisa lebih sukses lagi. Apalagi kalau kita bisa create 30% dari bisnis itu untuk Indonesia," papar Menkominfo.
Sementara Menteri Thomas Lembong menilai, handset telah menjadi salah satu kebutuhan mendasar masyarakat di industri perdagangan. Pasalnya, banyak transaksi dilakukan melalui ponsel.
Ia juga menyebut, bahwa inisiatif untuk memindahkan pabrikasi ke Indonesia sesuatu yang harus diapresiasi sebagai bagian dari proses panjang untuk berinvestasi. Itu sebabnya, ia menilai tidak bijaksana jika pemerintah memaksakan diri untuk menutup keran impor.
"Meskipun kandungan lokal baru 20% dan 80% masih impor, tapi itu hasil dari sebuah proses panjang untuk memutuskan berinvestasi di Indonesia. Kami sangat appreciate dengan langkah seperti ini," kata Lembong.
Sementara Xu Dong Chen, President Mobile Business Group Lenovo & Chairman Motorola Mobility Operating Board, mengemukakan alasan memindahkan proses produksinya dari China ke Indonesia, karena besarnya pasar ponsel di negeri ini.
"Indonesia merupakan salah satu pasar smartphone terbesar di dunia dan Indonesia menjadi pasar utama Lenovo," ujar bos besar Lenovo global yang memimpin divisi ponsel tersebut.
Disampaikannya, kerjasama dengan manufaktur lokal ini, menegaskan arti penting Indonesia bagi strategis Lenovo untuk memperkuat bisnisnya di segmen smart connected devices. Selain itu juga, menandakan komitmennya kepada Indonesia usai menjalankan bisnisnya selama 10 tahun terakhir.
Di kesempatan yang sama, Country Lead Smartphone Division Lenovo Indonesia, Adrie R. Suhadi, mengatakan pabrikasi ini menjadi kepatuhan Lenovo terhadap kebijakan TKDN. Aturan yang disepakati tiga kementerian ini, mengharuskan vendor global maupun lokal untuk memproduksi sebagian komponennya di dalam negeri.
"Menurut prediksi IDC, sebanyak 29,77 juta smartphone akan dikirim ke Indonesia tahun ini. Kami berkomitmen untuk melayani pasar dalam negeri dengan produk-produk buatan Indonesia," ungkapnya.
Disebutkan, dengan keberadaan pabrikasi tersebut memberikan andil komponen lokal untuk ponsel Lenovo sebesar 20% sudah dilakukan di Indonesia. Nantinya, besaran komponen lokal itu akan ditingkatkan lagi hingga 30% menjelang penerapan aturan TKDN pada awal 2017 mendatang.
(/)