"Untuk 4G di tahun pertama ini, kami memang mengejar pelanggan yang premium, pelanggan yang punya uang," ungkap Vice President LTE Commercial Telkomsel Lindayanti Harjono kepada detikINET di Jakarta, Selasa (22/9/2015).
Mengapa premium? Karena kata Linda, harga handset 4G saat ini diakuinya memang masih tinggi untuk pasaran pada umumnya. Apalagi, hanya sebagian besar orang-orang berduit saja yang saat ini mampu beli ponsel di atas Rp 5 juta.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Telkomsel sendiri mencatat, dari total 147 juta pelanggan selulernya secara nasional, sekitar 5,3 juta di antaranya sudah menggunakan ponsel 4G. Namun saat ini, baru 1,2 juta pelanggan yang pakai kartu uSIM 4G, dengan komposisi prabayar 70% dan pascabayar 30%.
Selain ponsel yang digunakan mahal-mahal harganya, dari sisi penggunaan, pelanggan berduit ini termasuk royal saat membelanjakan pulsanya di Telkomsel. Tiap pelanggan katanya bisa 3-4 kali aktivasi data paket, dan ARPU meningkat signifikan karena mereka 2-4 kali top-up kuotanya.
"Konsumsi mereka meningkat 3-4 kali lipat. Itu karena kemudahan akses yang kami tawarkan. Karena jaringannya cepat, buat buka social media, games, musik, nonton video pun kencang, maka kuota pun cepat habis dan mereka top-up terus," jelas Linda.
Selain membangun 1.200 eNode B untuk coverage 4G di tujuh kota, Telkomsel juga punya cara lain untuk memanjakan pelanggan berduitnya. Menurut Linda, kekuatan 4G Telkomsel ada di inner city dan indoor coverage di gedung-gedung perkotaan.
"Di Surabaya, misalnya, coverage kami sudah 90% di inner city, dan payload tinggi sekali. 4G kami bahkan sudah sampai ke Gresik. Coverage inner city dan kemudahan customer untuk enjoy 4G kita masih lebih bagus," kata Linda.
"Indoor coverage kita juga bagus. Indoor memang salah satu strength kita, di mal dan gedung perkantoran. Di Jakarta saja ada 200 titik indoor dari total 478 eNode B untuk 4G kita," lanjutnya sembari memberi contoh.
Infrastruktur 4G di tujuh kota itu sejauh ini diklaim telah menghasilkan margin yang memuaskan bagi Telkomsel. Dari 1,2 juta pelanggan aktif yang dilayani, penyebarannya paling besar memang masih di Jakarta (63%), Bandung (13%), Surabaya (9%), Medan (6%), Bali (5%), Makassar (3%), dan Mataram (0,3%).
Sementara daerah potensial yang juga banyak menghasilkan duit, kata Linda, adalah Bali. Kota itu termasuk cukup besar penggunaan akses datanya, khususnya dari para wisatawan mancanegara yang menggunakan roaming 4G internasional.
"Kami sudah punya kerjasama roaming internasional 4G dengan 28 operator seluler dari 23 negara. Setiap harinya ada 6 ribu sampai 7 ribu aktif roamer,
kebanyakan turis dari China yang pakai China Mobile, dan turis Australia yang gunakan Optus dan Telstra," papar Linda.
Didukung Cadangan Akses 3G Khusus
Selain pasang target coverage 4G di tiap kota minimal 80%, Telkomsel juga punya strategi khusus untuk memanjakan pelanggannya saat menggunakan akses data mobile broadband operator itu.
Menurut GM Strategi Pemasaran LTE Telkomsel Yudi C Anwar, mereka punya akses cadangan 3G jika sinyal 4G drop di saat kondisi trafik jaringan sedang penuh-penuhnya.
"Kami selalu jamin fall back ke 3G plus. Kecepatannya nggak jauh dari speed 4G, 80% BTS kami sudah pakai dual carrier. Jadi pindahnya saat drop dari 4G bukan ke 3G biasa, tapi 3G HSPA+ yang sudah 42 Mbps. Ini khusus untuk yang pakai uSIM 4G saja," jelasnya.
Kondisi ini juga membuat Linda optimistis, 4G Telkomsel bisa memberikan layanan akses data mobile broadband terbaik di kelasnya. Dan sejauh ini menurutnya, upaya Telkomsel sudah membuahkan hasil.
"Kami di Telkomsel intinya ingin mencari quality customer. Tidak asal cari additional subscriber. Kami mencari pelanggan yang berkualitas," pungkasnya.
(rou/ash)