Di daerah yang berbatasan langsung dengan Malaysia, terkadang penduduknya masih bergantung pada distribusi bahan pokok dari Negeri Jiran. Jadi tak mengherankan bila transaksi perdagangan di wilayah tersebut menggunakan mata uang Ringgit.
Di Sebatik misalnya, wilayah yang berada Kalimantan Utara ini masih menggunakan mata uang Ringgit untuk beragam transaksi. Tak terkecuali penjualan voucher pulsa ponsel.
detikINET sempat berbincang dengan Amirudin, pemilik gerai isi ulang pulsa di Desa Tanjung Karang, Sebatik. Dikatakannya, nelayan dan wisatawan dari Malaysia yang kerap menggunakan Ringgit untuk membeli pulsa, sementara lainnya sudah memakai Rupiah untuk membeli pulsa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penggunaan Ringgit sendiri dirasa Amirudin cukup memberi sedikit keuntungan bagi kantongnya. Pasalnya ia mematok harga lebih tinggi ketimbang menggunakan Rupiah.
Ia mencontohkan, untuk pulsa nominal Rp 10 ribu dijual seharga 4,05 Ringgit atau sekitar Rp 15 ribu. Sementara bila berbasis Rupiah, Amirudin mematok harga Rp 12 ribu.
Meski memberi untung sedikit lebih banyak, diakui pria yang kerap disapa Amir ini jumlah transaksinya sendiri tidak begitu banyak. Mayoritas pembelinya memakai mata uang Rupiah.
Pulsa Operator Malaysia
Bertetangga dengan daerah Tawau, Malaysia membuat Sebatik diserbu sinyal operator dari negeri asal penyanyi Siti Nurhaliza. Kondisi tersebut memaksa warga Sebatik menggunakan kartu perdana milik operator Malaysia bila ingin berkomunikasi lebih terjangkau.
Bila tidak, warga akan terkena roaming internasional yang lebih menguras isi kantong. Karena kebutuhan tersebut, walhasil gerai isi ulang pulsa pun turut menjual voucher milik operator Maxis, Celcom dan Digi.
Namun sejak setahun belakangan, ungkap Amirudin, hal tersebut sudah tak lagi terjadi. Pasalnya sinyal milik Telkomsel telah semakin kuat. Masyarakat sebatik tak lagi menggunakan operator dari negeri seberang.
Operator plat merah ini telah mengoperasikan 36 base transceiver station (BTS) di pulau yang memiliki luas 247,5 kilometer persegi ini. Bahkan mereka telah menyediakan layanan broadband lewat 16 BTS. Alhasil, Sebatik kini dapat menikmati koneksi internet kencang.
Penguatan sinyal Telkomsel sendiri dirasa Amirudin cukup mengantungkannya. Sebab kala sinyal masih lemah, ia harus memanjat pohon ketika ingin memasukkan voucher ke nomor pelanggannya.
"Tiap kali mau isi pulsa, saya harus memanjat pohon. Ya kalo sehari ada 10 orang yang beli, 10 kali juga saya naik pohon," kenangnya sembari tertawa.
Ia pun berharap kedepannya sinyal semakin kuat menyelimuti daerah Sebatik. Sehingga warga dapat merdeka dari roaming internasional.
(asj/asj)