Kategori Berita
Daerah
Layanan
Detik Network
detikInet
Broadband Triple Play Rambah Indonesia Timur

Broadband Triple Play Rambah Indonesia Timur


- detikInet

Ilustrasi (Ist.)
Jakarta - Telkom memastikan pembangunan kabel optik Sulawesi-Maluku-Papua Cable Systems (SMPCS) yang menghubungkan Indonesia bagian Barat dengan Timur akan selesai pada pertengahan 2015 ini.

β€œProyek SMPCS kami upayakan tuntas akhir Mei ini. Dari situ, layanan Triple Play IndiHome bisa langsung digelar di Kawasan Timur Indonesia (KTI),” ungkap Direktur Utama Telkom Alex Janangkih Sinaga di Jakarta, Selasa (7/4/2015).

Pembangunan SMPCS yang dibangun Telkom melibatkan kabel laut sepanjang 5.444 km dan kabel darat sepanjang 655 km yang menggunakan teknologi Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM). Teknologi ini mampu menghadirkan jaringan dengan kapasitas bandwidth 32x100 Gigabytes per fiber pair-nya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

SMPCS merupakan kelanjutan dari pembangunan serat optik Mataram Kupang Cable System yang sudah dituntaskan pada 2011. Jalur yang digunakan untuk pembangunan serat optik sebagian besar masuk dalam rute Palapa Ring milik pemerintah.

"Bentuk jaringan broadband di KTI melingkar seperti sebuah cincin yang melintang dari utara hingga selatan. Proyek yang akan diselesaikan tersebut adalah proyek lingkar utara yang berada di Maluku," lanjut Alex.

Sementara, Direktur Network Telkom Abdus Somad Arief mengungkapkan, tahun ini pembangunan backbone kabel optik sepanjang 75.000 km di seluruh wilayah Nusantara rampung. Pembangunan backbone dari Timika ke Merauke membuat Indonesia memiliki tol kabel optik dari Sabang sampai Merauke hingga September.

Upaya Telkom untuk mewujudkan pembangunan tol kabel optik dari Sabang-Merauke dipercaya bisa menjadikan Indonesia lebih terkoneksi sehingga perekonomian berbasis digital pun bisa dilakukan masyarakat.

Makanya tidak heran jika langkah Telkom untuk membangun jalur sistem komunikasi kabel laut dari Sabang sampai Merauke itu dianggap sebagai sesuatu yang berani.

Apalagi, investasi yang dibangun Telkom untuk wilayah Indonesia Timur ini, baru 35% yang dinilai layak secara bisnis, dan 60% lagi dalam status layak ekonomi.

β€œItu butuh keberanian yang luar biasa karena dananya tidak sedikit dan balik modalnya cukup lama. Menurut saya, langkah seperti ini yang membedakan mana pemimpin mana follower di pasar," ujar Ketua Lembaga Inovasi ITB Suhono Harso Supangkat.

Menurutnya, Telkom berani membangun infrastruktur untuk mendukung akses komunikasi nasional itu walau tahu sebagian rute yang dilalui tak layak secara bisnis. Namun begitu, Telkom memang memiliki tanggung jawab industri untuk pemerataan pembangunan akses kecepatan tinggi.

Selain bisa mendukung integrasi seamless, pembangunan infrastruktur itu bisa membantu terwujudnya kota cerdas dan sebagai katalisator pembangunan desa, kabupaten dan komunitas, termasuk sistem kelautan yang cerdas.

β€œSaya harapkan pemerintah bisa memberikan insentif untuk aksi Telkom ini. Soalnya wajar jika prospek non-bisnis langsung dibangun oleh industri maka pemerintah bisa memberikan insentif untuk ini,” tegasnya.

(rou/ash)





Hide Ads