Demikian diungkap Dian Siswarini, Wakil Presiden Direktur XL Axiata yang juga salah satu petinggi di Asosiasi Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI), saat ditemui di sela relaunching brand Axis di Grha XL, Jakarta, Senin (30/3/2015).
"Kalau secara total biayanya Rp 500 miliar, dan khusus untuk XL sendiri alokasinya Rp 100 miliar," ujar Dian yang tak lama lagi akan menggantikan Hasnul Suhaimi sebagai Presiden Direktur XL yang baru.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sayangnya, tidak semua operator setuju dengan metode penataan langsung tersebut. Telkomsel, misalnya, yang memilih indirect atau tidak langsung karena khawatir akan menggangu layanan 90 juta pelanggannyaβ.
Sementara XL βbisa lebih leluasa untuk bergerak di 1.800 MHz meski sama-sama memiliki lebar pita 22,5 MHz seperti Telkomsel. Itu karena dari sebelumnya cuma punya 7,5 MHz, kini operator itu punya tambahan 15 MHz yang notabene masih lowong sejak mengakuisisi Axis Telekomunikasi Indonesia.
Seperti diketahui, di spektrum 1.800 MHz saat ini total ada lebar pita 75 MHz yang masih ditempati oleh total 180 juta pelanggan 2G yang masih aktif menggunakan frekuensi tersebut untuk layanan teleponi dasar dan pesan singkat SMS.
Dalam pemindahan kanal ini ada dua metode yang dibahas operator. Pertama, skenario pemindahan kanal bertahap per wilayah dengan cara swap frekuensi serempak (direct). Kedua, pemindahan kanal bertahap per wilayah dengan cara swap frekuensi tetapi disediakan kanal kosong untuk transisi (indirect).
Pada kesempatan sama, Dirjen Sumber Daya Perangkat Pos dan Informatika Kementerian Kominfo Muhammad Budi Setiawan mengakui masalah paling krusial adalah soal metode pemindahan yakni direct atau indirect.
"Kalau soal zona sudah disetujui, ada 29 zona berdasarkan provinsi. Mulai dari mana juga sudah ada sinyal kesepakatan," katanya. Menurutnya, operator sepertinya akan mengambil jalan tengah dan diperkirakan selesai dalam waktu dekat ini.
"Awal April akan ditetapkan dalam bentuk keputusan menteri untuk dilaksanakan. Nanti akan dimulai dari yang paling sepi trafik 2G di wilayah timur, tetapi belum tentu Papua, bisa juga Makassar. Kita lihat trafiknya yang bisa dikelola. Kalau XL mau di mana saja karena mereka sudah pengalaman ketika integrasi dengan Axis," paparnya.
Ditambahkannya, secara teknis hal yang diperhitungkan adalah jika terjadi masalah dalam proses pemindahan harus ada ruang untuk kembali ke kanal lama (fall back). "Kita juga harus edukasi masyarakat karena ini akan terjadi penurunan kualitas layanan dalam prosesnya," paparnya.
Sedangkan Menkominfo Rudiantara mengancam akan turun tangan jika empat operator yang berada di frekuensi 1.800 MHz tak bisa memutuskan metode pemindahan kanal di frekuensi 1.800 MHz hingga April mendatang.
"Kita tunggu saja hasil diskusi mereka. Saya selalu pendekatannya partisipatif dan persuasif dulu, enaknya kan mereka sepakat, itu lebih bagus. Tetapi jika sinyalnya deadlock, saya akan step-in dengan regulasi," ujarnya.
"Pokoknya saya tak mau target waktu komersial 4G di 1.800 MHz itu molor di akhir tahun ini," lanjut Chief RA yang telah menandatangani surat edaran Nomor 1 Tahun 2015 tentang kebijakan tata ulang pita frekuensi 1.800 MHz, serta membentuk Satgas untuk mengawasi tata ulang tersebut.
Diungkapkannya, pemerintah memiliki target pada semester kedua 2015 operator mulai melakukan penataan kanal di frekuensi 1.800 MHz agar bisa menempati posisi berdampingan sehingga ideal untuk 4G.
"Saya rencananya April ini akan keluarkan Keputusan Menteri soal ini. Masalahnya sekarang itu kan di metode, direct atau indirect, cepatlah diputuskan agar tenggat waktu dipenuhi. Kalau soal proses pemindahan kita sudah berikan tenggang waktu, 2-3 bulan, karena itu targetnya 4G di 1.800 MHz itu pada akhir 2015," katanya.β
Ketua Umum ATSI Alexander Rusli meminta pemerintah memberikan perlindungan kepada operator selama proses pemindahan kanal, terutama jika terjadi tuntutan dari pelanggan.
"Zaman sekarang kan ada saja yang memanfaatkan peluang, kita harapkan pemerintah untuk melindungi operator selama proses pemindahan itu dari somasi kalau tiba-tiba muncul," tegas Alex yang juga President Director & CEO Indosat.
(rou/fyk)