Pasalnya, PHK ini salah satunya dipicu oleh penggabungan usaha keduanya yang akan menyambung hidup perusahaan dengan langkah menyatukan jaringan demi menyambut era 4G LTE.
Dari sekitar 400 karyawan tersebut, yang diperkirakan akan menjadi korban utama PHK adalah para network engineer -- karena nantinya Btel tak lagi beroperasi sebagai penyelenggara jaringan dan hanya berjualan jasa saja.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Anggota Komite Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) M Ridwan Effendi juga berharap Smartfren nantinya mau menampung para teknisi jaringan yang dilepas oleh Btel. Pasalnya, gabungan kedua perusahaan ini akan menyediakan 4G LTE paling lambat akhir 2016.
Keduanya nanti akan menyediakan layanan bersama di spektrum 800 MHz dengan lebar pita gabungan 10 MHz. Namun posisi Btel di sini hanya sebagai penyewa saja karena infrastruktur jaringannya telah digadaikan ke Smartfren dalam konversi saham.
Dari data terakhir yang dirilis Btel untuk kuartal ketiga 2014 lalu, perusahaan milik Grup Bakrie itu tercatat merugi Rp 2,2 triliun. Perusahaan telekomunikasi ini belum mengeluarkan laporan keuangan satu tahun penuh di 2014.
Kerugian Btel di kuartal itu lalu bengkak 46%, dibandingkan kerugian pada periode yang sama tahun sebelumnya Rp 1,5 triliun. Labanya turun sejalan dengan berkurangnya pendapatan bersih perusahaan, dari Rp 1,5 triliun menjadi hanya Rp 1 triliun.
Imbasnya, Btel pun berniat melakukan PHK maksimal 400 karyawan dari sekitar 1300 karyawan yang tersebar di seluruh Indonesia demi efisiensi. Eksekusi PHK ini diperkirakan pada kuartal kedua 2015 ini
"Kita lakukan (PHK) sekaligus, tidak bertahap. Kuartal dua kita lakukan," ungkap Presiden Direktur Bakrie Telecom, Jastiro Abi. "Kita totalnya nanti yang pasti harus di bawah 1.000, pengurangan antara 300-400," ucapnya lebih lanjut.
Para karyawan yang akan terkena PHK ini, kata Jastiro, sudah diberi sosialisasi mengenai rencana yang kurang populis ini. Efisiensi dari PHK ini, menurut Jastiro, akan memiliki efek domino yang positif.
"Kita harus cari jalan supaya tetap sehat, supaya survive (bertahan hidup). Kita utamakan organisasi ini efisien dan birokrasi bisa dipangkas dengan orang (pegawai) yang berkurang," kata dia.
"Dengan orang berkurang kan efisien, birokrasi dipangkas, tidak hanya cost (biaya) karyawan yang berkurang, tapi juga office (kantor), listrik, turunannya juga banyak. Multiplier effect (efek berantai)," ujarnya.
(rou/rou)