Jauh sebelum Indonesia mengkomersialisasikan 4G LTE, negara lain sudah banyak yang mendahului kita. Contohnya saja, Korea Selatan yang telah sukses mengadopsi layanan mobile broadband super cepat itu sekitar tiga tahun yang lalu.
Sejak diluncurkan pertama kali oleh SK Telekom pada Juli 2011, penggunaan akses data di negeri ginseng itu langsung melesat. 4G LTE kian tumbuh dengan pesat setelah KT ikut meluncurkan layanan serupa pada Januari 2012 dan tak lama kemudian diikuti LG Uplus.
Posisi ketiga operator ini bisa dibilang mirip-mirip dengan tiga operator di Indonesia yang akhirnya bisa kesampaian menggelar 4G LTE di penghujung 2014 ini. Maka wajar saja, jika kemudian Indonesia coba belajar dari kisah sukses LTE mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mungkin yang bisa dilihat sebagai contoh ekosistem yang sudah paling oke itu Korea Selatan. Hampir semua sendi kehidupan sudah terhubung dengan aplikasi," kata Direktur Utama Telkomsel Alex Janangkih Sinaga kepada detikINET di suatu kesempatan.
XL pun ternyata secara blak-blakan mengakui sempat mendatangi ketiga operator asal Korea Selatan tersebut demi mempelajari skema bisnis 4G LTE ini. Dari hasil studi banding dan pengalaman langsung di negeri K-Pop ini, XL pun akhirnya mendapatkan pencerahan.
Seperti diceritakan oleh Head of Network Planning XL Axiata Rahmadi Mulyohartono, layanan 4G LTE yang diselenggarakan oleh SK Telecom, KT, dan LG Uplus, berhasil membuatβnya terpana.
"Ketiga operator itu bisa bangun 400 ribu eNodeB (base station 4G) hanya dalam waktu empat bulan saja. Dalam satu tahun mereka sudah bisa cover 4G LTE secara nation wide," tutur Rahmadi saat ditemui di Grha XL, Jakarta.
Cepatnya roll-out pembangunan jaringan 4G LTE di negeri gingseng itu, tentunya tak terlepas dari peranan pemerintah dan ketersediaan infrastruktur backbone yang akhirnya bisa mendorong pembangunan dalam waktu cepat.
"Saya sudah lihat sendiri, mereka bikin ducting sebesar gorong-gorong. Jadi untuk bangun backbone fiber optic untuk 4G LTE ini sudah sangat mudah dan terencana dengan baik. Planner-nya dari pemerintah," paparnya.
Imbasnya, seperti telah diceritakan tadi, ketiga operator itu dalam waktu singkat sudah bisa melayani 4G LTE hingga ke pelosok negeri. Korea Selatan sendiri hanya memiliki penduduk sekitar 51 juta jiwa. Hanya seperlima dari jumlah populasi penduduk Indonesia.
"Tapi 4G LTE di Korea ini memang dahsyat. Saya sudah coba sendiri untuk telepon pakai VoLTE (Voice over LTE). Hasilnya lebih jernih dan lebih cepat terkoneksi dibanding voice tradisional. Waktu yang dibutuhkan untuk keterhubungannya juga cepat sekali, hanya 100 miiseconds. Beda dengan tradisional yang banyak signaling-nya," jelas Rahmadi.
Selain koneksi sambungan suara yang sangat jernih dan cepat, koneksi data pun diakuinya sangat mengagumkan. Ia pernah menjajal 4G LTE milik operator lokal di Korea untuk video conference. Bukan sembarang video conference biasa yang dilakukan duduk manis di kantor, tapi di area yang mobilitasnya tinggi.
"Saya coba video conference waktu itu hanya dengan iPad. Video lancar dan suaranya tidak terputus. Padahal waktu itu, video conference yang kami lakukan di atas mobil kecepatan tinggi saat berkendara di jalan tol," tutur Rahmadi menceritakan pengalamannya.
Korea Selatan memang sudah jauh lebih maju untuk layanan 4G LTE. Di awal-awal kehadirannya, kecepatan maksimal layanan generasi keempat seluler itu bisa mencapai 75 Mbps.
Sementara kecepatan rata-rata yang bisa dinikmati pengguna 4G di Korea Selatan, menurut laporan OpenSignal pada Maret lalu, hanya berkisar 18,6Mbps. Tapi angka tersebut dinilai sudah cukup untuk mengakses video streaming FullHD di YouTube tanpa buffering.
Untuk tarif layanan, SK menawarkan biaya bulanan untuk paket unlimited LTE-4G mulai dari 61,250 won (Rp 660.000). Sementara KT menawarkan biaya bulanan antara 60.000 won (Rp 640.000) hingga 62.000 (Rp 720.000).
Sedangkan LG Uplus menawarkan, biaya langganan data unlimited, berkisar 62.000 won (Rp 675.000) hingga 67.000 won (Rp 720.000). Sebagai perbandingan, harga paket volume-base 4G, mulai dari 10.000 won (Rp 110.000) untuk kuota 500MB.
Tak puas dengan kecepatan yang dianggap sudah mulai lambat, Korea pun kemudian beralih ke 4G LTE-Advance. Dengan speed 150 Mbps, kecepatan LTE-Advanced ini dua kali lipatnya LTE biasa.
Meskipun dalam praktiknya pelanggan belum tentu mendapatkan kecepatan yang benar-benar hingga 150 Mbps, namun SK Telecom menekankan pelanggan dengan LTE-Advance dapat mengakses lebih cepat, misalnya untuk video streaming 1080p full-HD.
Saat ini, jaringan 4G LTE sudah tersebar di 44 kota besar yang ada di Korea Selatan, termasuk Seoul. Rencananya, pihak SK Telecom bakal melipatgandakan jumlah kotanya yang dapat mengakses jaringan 4G LTE-Advance.
detikINET sendiri sempat berdiskusi dengan salah satu media dari Korea Selatan tentang kisah sukses 4G LTE di negaranya. Setelah membicarakan kekuatan raksasa Samsung yang mulai goyah oleh Xiaomi, kami juga ngobrol tentang 4G yang baru dimulai di Indonesia.
"Oh, my.." kata dia cuma bisa geleng-geleng kepala saat tahu di Indonesia selama ini hanya bisa menikmati 2G dan terkadang 3G di kota besar. "Kami di Korea sudah akan 5G sebentar lagi. 4G segera jadi masa lalu buat kami," pungkasnya.
Kapan ya, Indonesia bisa secepat Korea Selatan?
(rou/rou)