Dijelaskan praktisi IT Alfons Tanujaya, IP Hijack adalah kejadian saat perangkat Border Gateway Protocol (BGP) dalam sebuah network mengalami salah konfigurasi routing. Kejadian ini berakibat pada terputusnya jaringan internet.
“Contoh salah konfigurasi routing adalah perangkat BGP yang salah melakukan broadcast IP. Jadi perangkat BGP ini melakukan broadcast IP Prefix yang bukan miliknya, tapi seakan-akan miliknya. Ya bisa dibilang ini seperti ‘membajak’ IP Prefix milik instansi lain, baik sengaja ataupun tidak,” lanjutnya.
Akibat kesalahan broadcast IP Prefix ini adalah tidak dapat diaksesnya layanan milik instansi yang IP Prefix-nya di-hijack. Atau gampangnya, IP Prefix yang dibajak tak dapat diakses ataupun mengakses keluar dari jaringannya.
“Pengaruhnya bisa sangat luas, bahkan secara global,” imbuh Alfons.
Berbeda dengan IP Hijack yang dilakukan secara sengaja, biasanya pelaku juga melakukan IP Spoofing atau mengalihkan tujuan akses ke arah yang tak seharusnya. Ujung-ujungnya adalah mencuri data yang masuk jebakan.
“IP Hijack yang dikombinasikan dengan IP Spoofing sama saja dengan melakukan hacking, sedangkan IP Hijack yang terjadi karena salah konfigurasi bisa jadi karena faktor human error,” Alfons menandaskan.
Meski terbatas pada putusnya sambungan internet, IP Hijack juga dapat berpengaruh pada terganggunya layanan voice. Namun hal tersebut hanya bisa terjadi bila layanan voice yang digunakan mengandalkan teknologi VoIP (Voice over Internet Protocol).
(yud/ash)