Dua orang anggota Kongres Amerika Serikat meminta Departemen Perdagangan Amerika Serikat untuk menyelidiki TP-Link, produsen peralatan jaringan asal China.
TP-Link dicuriga menyimpan ancaman keamanan karena banyak yang menggunakan router WiFi buatannya. Ditakutkan router WiFI buatan mereka itu bisa dipakai untuk melakukan serangan siber ke Amerika.
Dua anggota kongres itu adalah John Moolenaar dari Partai Republik dan Raja Krishnamoorthi dari Partai Demokrat, dan keduanya adalah pemimpin House Select Committee yang khusus menangani soal China.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berdasarkan data IDC, TP-Link adalah penjual router WiFi dengan volume terbesar di dunia, demikian dikutip detikINET dari Reuters, Minggu (18/8/2024).
Kedua anggota kongres itu menyebutkan dua celah keamanan yang diketahui ada di firmware TP-Link, dan beberapa contoh kasus saat routernya dieksploitasi untuk menargetkan pejabat pemerintahan di beberapa negara Eropa.
"Kami meminta Departemen Perdagangan untuk memverifikasi ancaman yang muncul dari router -- terutama yang dijual oleh perusahaan pembuat terbesar di dunia, TP-LInk," tulis dua anggota kongres itu ke Menteri Perdagangan Gina Raimondo.
Pihak Departemen Perdagangan menyebut akan menanggapi surat tersebut lewat jalur yang tepat. Sementara Kedutaan China di Amerika berharap
"(Semoga) pihak berwajib akan punya bukti yang cukup saat mengidentifikasi insiden terkait keamanan siber, ketimbang sekadar membuat spekulasi dan tuduhan yang tidak berdasar," tulis Kedutaan China di Amerika dalam keterangannya.
Dalam keterangannya, TP-Link menyebut pihaknya tidak menjual produk router di Amerika Serikat, dan router buatannya pun diklaim tak punya celah keamanan.
Pemerintah Amerika dan Microsoft pada 2023 lalu pernah mengungkap adanya aksi peretasan bernama Volt Typhoon. Dalam aksi peretasan ini, si hacker mengambil alih banyak router pribadi yang kemudian dipakai untuk menyerang infrastruktur penting Amerika.
Hanya saja, dalam serangan Volt Typhoon ini kebanyakan router yang menjadi korban adalah buatan Cisco dan NetGear, yang ironisnya adalah dua perusahaan yang berasal dari Amerika Serikat.
(asj/rns)