Kepolisian Uni Eropa (Europol) memperingatkan tentang potensi penyalahgunaan chatbot bertenaga kecerdasan buatan ChatGPT.
Europol mengungkapkan layanan chatbot buatan OpenAI itu memungkinkan dimanfaatkan untuk upaya phising, disinformasi, hingga kejahatan siber. Hal ini menambah daftar panjang kekhawatiran akan ChatGPT itu mulai dari masalah hukum sampai soal etika.
Sejak diluncurkan tahun lalu, ChatGPT memang telah memicu perubahan besar di bidang teknologi. Tak sedikit, kompetitor yang berusaha menghadirkan layanan serupa ChatGPT ke dalam aplikasi dan produk mereka.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kemampuan LLM (model bahasa besar) seperti ChatGPT secara aktif ditingkatkan, potensi eksploitasi jenis sistem AI ini oleh penjahat memberikan pandangan yang suram," kata Europol seperti dikutip dari Reuters, Selasa (28/3/2023).
Dengan kemampuan ChatGPT yang mereproduksi pola bahasa untuk meniru gaya bicara individu atau kelompok tertentu, chatbot tersebut dapat disalahgunakan oleh penjahat kepada calon korbannya.
"Kemampuan ChatGPT untuk menyusun teks yang realistis menjadikannya alat yang berguna untuk tujuan phising," ungkap Europol.
Disampaikan Europol juga, teknologi anyar itu memiliki kepiawaian menghasilkan teks yang otentik dengan kecepatan dan skala juga menjadikannya alat yang ideal untuk propaganda dan menyebarkan disinformasi.
Bahkan Europol mengatakan penjahat yang sedikit pengetahuan teknis minim dapat memanfaatkan ChatGPT untuk menciptakan kode berbahaya.
"Ini memungkinkan pengguna untuk menghasilkan dan menyebarkan pesan yang mencerminkan narasi tertentu dengan sedikit usaha," ucap Europol.
(agt/fyk)