Hacker Bjorka Diduga Pakai Bocoran Data Lama PeduliLindungi
Hide Ads

Hacker Bjorka Diduga Pakai Bocoran Data Lama PeduliLindungi

Anggoro Suryo - detikInet
Selasa, 13 Sep 2022 10:14 WIB
Darkweb, darknet and hacking concept. Hacker with cellphone. Man using dark web with smartphone. Mobile phone fraud, online scam and cyber security threat. Scammer using stolen cell. AR data code.
Foto: Getty Images/iStockphoto/Tero Vesalainen
Jakarta -

Bjorka selama beberapa hari ini membuat kehebohan di Indonesia karena menyebarkan data pribadi warga Indonesia, termasuk sejumlah pejabat tingginya.

Data pribadi yang disebarnya ini meliputi nomor telepon, nama, jenis kelamin, NIK, nomor Kartu Keluarga, alamat, tempat tanggal lahir, pekerjaan, pendidikan terakhir, golongan darah. Tapi ciri khasnya selalu ada data sertifikat vaksin.

Dari data yang dibocorkan ini, pakar keamanan siber Alfons Tanujaya menduga kalau datanya berasal dari aplikasi PeduliLindungi, karena menurutnya dengan bermodal nama lengkap dan NIK, sebelumnya data Peduli Lindungi ini sudah bisa diakses.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun menurutnya, data yang dicuri itu merupakan data lama, kemungkinan dari tahun 2021. Asumsi ini muncul karena saat ini data PeduliLindungi sudah mulai diproteksi.

"Sekarang datanya sudah mulai diproteksi kan. Kalau mau lihat sertifikat sudah harus jadi member, masukkan email atau kredensial. Sebelumnya kan tinggal masukkan NIK dan Nama Lengkap bisa akses data PL," jelas Alfons saat dihubungi detikINET, Selasa (13/9/2022).

ADVERTISEMENT

"Kemungkinan data lama itu yang berhasil dikopi dan peretas membuat sistem untuk recover informasi tersebut," tambahnya.

Menurut Alfons, ada sisi positif dari bocornya data pejabat yang dipublikasikan oleh Bjorka ini. Diharapkan pemerintah akan sadar untuk mulai memproteksi data yang selama ini menurut Alfons seenaknya saja diumbar.

"Harusnya hal ini dilakukan dari awal-awal sebagai standar sekuriti. Tetapi mungkin dianggap yang penting implementasi apps dan kebijakan dulu, baru sekuriti. Ini saya setuju juga. Asalkan jangan keenakan, kalau darurat yah paling 1-3 bulan habis itu segera dibereskan," jelas pakar keamanan siber dari Vaksincom tersebut.




(asj/fay)