Dinas intelijen domestik Rusia, FSB, menggerebek sejumlah personil geng REvil, yang terkenal lewat sejumlah serangan sibernya, termasuk serangan ransomware ke banyak perusahaan besar.
Langkah ini dilakukan Rusia atas permintaan dari pemerintah Amerika Serikat, karena korban serangan ransomware REvil ini banyak yang berasal dari Negeri Paman Sam tersebut.
Dalam penggerebekan tersebut, FSB menyita uang senilai USD 5,6 juta atau sekitar Rp 80 miliar dari 14 anggota geng tersebut. Selain itu ada juga mata uang kripto senilai USD 600 ribu dan 20 mobil mewah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain ransomware, REvil juga disebut sebagai pembuat malware dan sering mencuri uang dari rekening bank milik warga asing (non Rusia). FSB mengklaim kalau penggerebekan ini membuat geng REvil tersebut tak bisa lagi beroperasi, demikian dikutip detikINET dari The Verge, Sabtu (15/1/2022).
"Sindikat kriminal sudah tak lagi bisa beroperasi dan infrastruktur informasi yang dipakai untuk kejahatan sudah dinetralkan," tulis FSB dalam pernyataannya.
Baca juga: Penyebar Ransomware REvil Digerebek |
Kooperasi antara AS dan Rusia ini terbilang menarik, karena sebelumnya pemerintah AS sudah seringkali meminta bantuan Rusia untuk menangkap penjahat siber yang berlokasi di negara tersebut dan jarang membuahkan hasil.
Ditambah lagi, Rusia tak mempunyai perjanjian ekstradisi dengan AS dan banyak negara di Eropa, yang juga menjadi lahan operasi para penjahat siber tersebut. Alhasil Pemerintah Rusia sering dianggap melindungi para penjahat siber tersebut.
Namun pada Oktober 2021 lalu, Presiden AS Joe Biden mendesak pemerintah Rusia untuk membantu mereka dalam memerangi penjahat siber. Yaitu setelah banyaknya perusahaan di AS yang menjadi korban serangan ransomware.
Salah satu perusahaan yang menjadi korban ransomware REvil adalah Colonial Pipeline, yang merupakan pemasok bahan bakar minyak terbesar di Amerika Serikat.
(asj/asj)