Indonesia digemparkan kembali dengan kasus kebocoran data, yang kali ini dugaan terjadi pada dua juta nasabah BRI Life. Pakar siber Pratama Persadha mengungkapkan data apa saja yang diperjualbelikan secara ilegal tersebut.
Pratama mengatakan perusahaan pemantau kejahatan siber, Hudson Rock menyebutkan dalam akun Twitter-nya bahwa pencurian data dialami BRI Life. Dalam screenshot atau tangkapan layar yang dibagikan, terlihat banyak domain dan subdomain dari BRI yang datanya diambil.
Pratama menjelaskan bahwa pada saat dicek di raidforums, ada akun bernama Reckt sempat meng-upload sampel data yang dia jual, namun beberapa saat kemudian dihapus. Akun tersebut menjual Database Nasabah BRI LIFE INSURANCE (dua juta lebih nasabah) dan Scan Dokumen (lebih dari 463 ribu).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut, Pratama menambahkan, databasenya memiliki pin polis asuransi (sha1), detail lengkap tentang pelanggan yang menggunakan ASURANSI BRI LIFE, total manfaat, total periode tahun.
Lalu juga ada dokumen bermacam-macam seperti KTP, KK, NPWP, foto buku rekening bank, akta kelahiran, akta kematian, surat perjanjian, bukti transfer, bukti keuangan, bukti surat kesehatan seperti EKG, diabetes dan lainnya.
"Ada sebanyak 463.519 file dokumen dengan ukuran mencapai 252 GB dan juga ada file database berisi 2 juta nasabah BRI Life berukuran 410MB. Untuk sampel sendiri yang diberikan berukuran 2,5 GB berisi banyak file dokumen. Dua file lengkap tersebut ditawarkan dengan harga 7.000 dollar US dan dibayarkan dengan bitcoin," tutur Pratama.
Chairman lembaga riset siber CISSReC (Communication & Information System Security Research Center) ini menjelaskan, dari sampel yang didapat, datanya sangat lengkap.
Mulai dari data mutasi rekening, bukti trasnfer setoran asuransi, KTP, ada juga tangkapan layar perbicangan WA nasabah dengan pegawai BRI Life, dokumen pendaftaran asuransi, KK, beberapa formulir pernyataan diri dan kesanggupan, bahkan lengkap dengan polis asuransi jiwa juga ada lengkap disertakan.
"Artinya dari klaim Hudson Rock sebagai pihak yang menginformasikan kebocoran maupun pelaku penjual data, kemungkinan besar benar. Bahwa data yang mereka klaim tersebut memang berisi berbagai data dari nasabah BRI Life," tuturnya.
Ditambahkan olehnya, tentu ini menjadi perhatian serius. Bila diperhatikan dari tangkapan layar yang dibagikan Hudson Rock, data jelas diambil karena pembobolan situs. Bisa dilihat bagaimana situs-situs BRI Life disebutkan bahkan beserta username atau akun login, password dan IP.
"Perlu dilakukan forensik digital untuk mengetahui celah keamanan mana yang dipakai untuk menerobos, apakah dari sisi SQL (Structured Query Language) sehingga diekspos SQL Injection atau ada celah keamanan lain. Seperti adanya compromised dari akun BRI Life yang juga berpotensi dimanfaatkan hacker untuk masuk ke dalam sistem," imbuhnya.
(agt/fay)