Aktivis Indonesia Jadi Sasaran Spyware Israel, Ini Tindakan Kominfo
Hide Ads

Aktivis Indonesia Jadi Sasaran Spyware Israel, Ini Tindakan Kominfo

Agus Tri Haryanto - detikInet
Senin, 19 Jul 2021 06:15 WIB
Spyware
Foto: dok ITPro
Jakarta -

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menanggapi terkait setidaknya ada 100 aktivis, jurnalis, dan oposisi pemerintah yang tersebar di 10 negara yang menjadi sasaran spyware, salah satunya Indonesia.

Disampaikan Juru Bicara Kementerian Kominfo Dedy Permadi, pihaknya terus melakukan pemantauan terhadap ancaman siber di Indonesia dan terus mengkomunikasikannya dengan pemangku kepentingan terkait, termasuk di antaranya Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN).

"Kementerian Kominfo akan terus menjalankan peran untuk mengedukasi dan meliterasi masyarakat agar semakin siap menghadapi beragam ancaman negatif internet, salah satunya ancaman keamanan siber," ujar Dedy kepada detikINET, Minggu (18/7/2021).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

ADVERTISEMENT

Di saat bersamaan, Kominfo juga turut mengimbau masyarakat untuk terus menjaga keamanan gawai dan data pribadinya, dengan terus memperbarui password secara berkala.

"Memasang fitur Multi-Factor Authentication pada aplikasi yang mengelola data pribadi, serta memastikan perangkat yang digunakan memiliki fitur keamanan yang terbaru atau up-to-date," kata Dedy menambahkan.

Diberitakan sebelumnya, berdasarkan laporan keamanan siber di Citizen Lab Universitas Toronto, Kanada, yang melacak peretasan dan pengawasan ilegal.

Menurut para peneliti, aplikasi spyware yang dibuat Candiru memanfaatkan kerentanan di sistem operasi buatan Microsoft, yakni Windows. Sementara pengoperasiannya dilakukan di Arab Saudi, Israel, Hungaria, Indonesia dan sejumlah tempat yang membeli dan menginstal aplikasi tersebut.

"Alat ini digunakan dalam 'serangan presisi' terhadap komputer target, telepon, infrastruktur jaringan dan perangkat yang terhubung ke internet," kata Cristin Goodwin, General Manager Unit Keamanan Digital Microsoft.

Citizen Lab mengaku telah memperingatkan Microsoft akan serangan tersebut. Dan setelah berminggu-minggu analisis, perusahaan besutan Bill Gates ini merilis patch pada 13 Juli lalu.

Dalam blognya, Microsoft mengatakan patch tersebut untuk menambal kerentanan Windows yang diyakini sebagai titik masuk spyware. Namun raksasa teknologi yang bermarkas di Redmond itu tidak menyebut soal Candiru, hanya menyinggung sebagai "aktor ofensif sektor swasta yang berbasis di Israel" yang disebut Sourgum.




(agt/afr)