Keamanan data pribadi kini menjadi ancaman yang nyata dan ditakutkan banyak orang. Salah satu data specialist berani menyebut pemerintah dan swasta kurang sadar akan pentingnya privasi.
Ialah Nurvirta Monarizqa sarjana IT dari Universitas Gadjah Mada yang melanjutkan pendidikan Master Applied Urban Data Science and Informatics di New York University. Bagaimana tidak, berbagai kasus kebocoran data hingga pencurian identitas untuk mengajukan kredit makin kerap terangkat ke publik beberapa waktu terakhir.
"Disclaimer dan kayaknya perlu di-highlight, segimana kita usaha sebenarnya di Indonesia agak nggak ngefek karena orang pemerintah atau swasta banyak yang kurang kesadaran privasi," jelasnya kepada detikINET, Senin (26/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wanita yang akrab disapa Mona ini memberikan contoh masih banyak oknum customer service yang melakukan praktik jual data pelanggan. Dari hal-hal kecil yang pernah ia sarankan, Mona beranggapan itu hanya bisa mencegah kejadian sejenis sebanyak 10%.
"Semisal yang pernah aku tweet (tentang contoh pencegahan -- red), yaitu dengan cara sobek label shipping sebelum dibuang, lalu tidak memberi data diri walau ada teman yang request dan mohon-mohon karena ada target credit card atau pinjol," tutur Mona.
Ia menyinggung ada banyak contoh yang menunjukkan kurangnya perhatian pemerintah pada kesadaran privasi. Paling mencolok adalah ketika pemilu berlangsung, sejumlah kasus kebocoran data pun mencuat ke masyarakat.
"Contohnya banyak, pas pemilu kita bisa ngecek data diri/KTP kita jadi bisa di-scrap orang," tandasnya.
Karena itu detikers, nampaknya kita harus semakin sadar akan kerentanan keamanan data pribadi. Yuk, lakukan langkah pencegahan untuk terhindar dari kemungkinan menjadi korban.
(ask/fay)