Kena Ransomware, Stasiun TV Ini Sempat Tak Bisa Siaran
Hide Ads

Kena Ransomware, Stasiun TV Ini Sempat Tak Bisa Siaran

Anggoro Suryo Jati - detikInet
Selasa, 30 Mar 2021 09:16 WIB
Hacker Rusia Berhasil Membobol Jaringan Komunikasi Pemerintah Jerman
Ilustrasi. Foto: DW (News)
Jakarta -

Perusahaan media massa asal Australia Nine Entertainment menjadi korban serangan siber besar, yang berdampak pada sistem siaran mereka.

Salah satu media yang ada di bawah korporasi tersebut adalah Nine Sydney, yang mengoperasikan siaran TV Channel 9. Mereka mengkonfirmasi adanya serangan siber yang merusak sistem komputer mereka pada Minggu (28/3/2021).

Akibatnya, mereka sempat tak bisa menyiarkan program televisinya yang bernama 'Weekend Today'. Mereka kemudian tetap bisa siaran menggunakan server lain yang tak terdampak dari serangan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"(Kami) menggunakan server yang tidak terdampak," ujar seorang sumber, seperti dikutip detikINET dari Reuters, Selasa (30/3/2021).

Pihak Nine menyebut serangan ini hanya berdampak pada media TV mereka. Namun, bisnis media cetak mereka seperti The Age dan The Sydney Morning Herald secara tidak langsung ikut terdampak. Pasalnya mereka harus mematikan jaringan internal mereka agar serangan siber tersebut tidak menyebar.

ADVERTISEMENT

Serangan siber ini disebut unik, karena modusnya seperti sebuah ransomware, yang biasanya 'menyandera' sistem komputer milik korban. Namun bedanya, serangan ke Nine ini tak disertai oleh permintaan uang tebusan.

Hal ini diutarakan oleh peneliti keamanan independen Troy Hunt, yang menyebut serangan ini mengenkripsi data milik korban. Namun sejauh ini belum ada permintaan uang tebusan untuk membuka enkripsi tersebut.

"Sejauh ini kita melihat serangan ransomware di mana pelaku tak cuma mengenkripsi file, melainkan juga mengkopi file untuk pemerasan. Namun sejauh ini tak ada permintaan uang tebusan, jadi saya tak tahu apakan ini membuatnya menjadi ransomware," ujar Hunt.

Muncul spekulasi yang menyebut serangan ini dilakukan oleh aktor yang dibekingi pemerintahan negara tertentu, dalam hal ini China. Pasalnya belakangan ini hubungan antara Australia dan China sedang tak akur, setelah pemerintah Australia seringkali mengomentari sejumlah masalah di China, seperti kedaulatan, keamanan, dan pembangunan di China.

Ditambah lagi Australia ikut memblokir penggunaan peralatan jaringan 5G buatan Huawei di negaranya. Begitu juga dengan media milik Nine seperti Herald dan Age yang sering mengkritisi keputusan politik China.




(asj/afr)