Jangan Kasih Kode OTP! Penipuan Berkedok Call Center Bank Masih Terjadi
Hide Ads

Jangan Kasih Kode OTP! Penipuan Berkedok Call Center Bank Masih Terjadi

Tim - detikInet
Kamis, 18 Mar 2021 12:23 WIB
Ilustrasi penipuan online
Ilustrasi penipuan. Foto: Shutterstock

Kejadian seperti ini jelas bukan yang pertama kali. Pengamat keamanan siber Alfons Tanujaya pernah menulis kolom mengenai kejadian sejenis, bisa dibaca di tautan ini.

Modus yang dipakai oleh pelaku kemungkinan adalah memanfaatkan fitur pop call dari operator. Yaitu menampilkan tulisan tertentu untuk menggantikan caller ID saat melakukan panggilan telepon.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Titik lemahnya memang selalu ada di korban, yang mungkin tidak teliti atau memang awam sehingga bisa dikadali untuk menyerahkan kode OTP dan berbagai data privat lainnya.

"Memang ketidaktelitian user atau keawaman user yang dieksploitasi dengan baik sekali oleh penipu," jelas Alfons saat dihubungi detikINET.

ADVERTISEMENT

Namun menurutnya, pihak bank juga tak bisa benar-benar lepas tangan, meski secara hukum mereka mereka tidak bisa dimintai pertanggungjawabannya.

"Kalau bank walaupun secara legal tidak terlibat dan tidak bisa dimintai pertanggungjawaban," lanjutnya.

Tapi secara tidak langsung, pihak bank juga menurutnya harus ikut bertanggung jawab, seperti dengan memberikan layanan call center yang lebih baik. Yaitu dengan memberikan layanan yang cepat dan tepat.

Peran operator dan Kominfo
Tak cuma itu, menurut Alfons di sini operator dan Kominfo juga harus proaktif dalam mendeteksi nomor-nomor yang dipakai oleh penipu. Yaitu dengan mendeteksi ponsel yang sering berganti nomor secara tidak normal.

"Misalnya sebulan satu ponsel beberapa kali ganti nomor dan terus berulang. Itu sudah cukup memberikan fakta bahwa ponsel tersebut tidak normal dan rentan penyalahgunaan kartu SIM," jelas Alfons.

Ponsel yang sering berganti kartu itu pun menurut Alfons mungkin bisa diselidiki lebih lanjut. Yaitu dipakai untuk keperluan apa.

"Kalau tidak jelas yah blokir saja IMEI nya," pungkasnya.

Hal ini diyakininya akan mempersulit aksi pembuatan akun bodong berbasis nomor ponsel prabayar. Data ini menurutnya dimiliki oleh operator dan pemerintah punya akses ke data ini.

"Di sinilah pentingnya memanfaatkan big data untuk kemaslahatan bersama. Bukan datanya yang memegang peranan, tapi kepedulian terhadap masalah masyarakat. Kalau ada kepedulian, bagaimana sulitnya masalahnya kalau mau cari solusinya pasti dapat," tutup Alfons.

(asj/fay)