Pemerintah Amerika Serikat pada Rabu silam mengeluarkan imbauan para ilmuwan untuk memproteksi data studi terkait COVID-19 dari hacker China. Data yang ditakutkan bocor antara lain seputar vaksin dan pengobatan novel coronavirus.
"Ini menimbulkan ancaman signifikan terhadap respons negara kita terhadap COVID-19," kata Biro Investigasi Federal dan Departemen Keamanan Dalam Negeri menyinggung soal upaya China yang sedang berfokus pada sektor kesehatan dan penelitian.
Dikutip dari Kyodo News, tidak ada kasus hacking yang signifikan pada rilis namun FBI mengatakan tengah melakukan investigasi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Oknum-oknum ini telah diamati berusaha mengidentifikasi dan secara tidak legal memperoleh kekayaan intelektual serta data kesehatan masyarakat yang terkait dengan vaksin, perawatan, dan pengujian dari jaringan dan personel yang berafiliasi dengan penelitian terkait COVID-19," demikian tertulis dalam siaran pers.
Peringatan ini muncul setelah pemerintahan di bawah Presiden Donald Trump cukup gencar mengkritik China, di mana virus pertama kali terdeteksi dan dianggap 'gagal menghentikan penyebaran penyakit pada sumbernya'.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Zhao Lijian juga telah mengkritik Washington karena menargetkan China dengan 'rumor dan fitnah tanpa bukti'.
"China adalah pendukung kuat keamanan cyber dan menjadi korban serangan cyber. Kami dengan tegas menentang dan melawan semua jenis serangan cyber yang dilakukan oleh peretas," ujarnya.
(ask/fay)