Waduh! 1.400 Akun WhatsApp Diretas Perusahaan Mata-mata Israel
Hide Ads

Waduh! 1.400 Akun WhatsApp Diretas Perusahaan Mata-mata Israel

Adi Fida Rahman - detikInet
Sabtu, 02 Mei 2020 17:03 WIB
Ilustrasi WhatsApp
Foto: Photo by Rachit Tank on Unsplash
Jakarta -

WhatsApp menuduh perusahaan spyware asal Israel, NSO Grоuр Tесhnоlоgіеѕ, sebagai pelaku atas peretasan 1.400 akun WhatsApp.

Akun-akun yang diretas termasuk milik pejabat senior pemerintah, jurnalis dan aktivis hak asasi manusia.

WhatsApp menyebut NSO Group memikul tanggung jawab dalam pelanggaran hak asasi manusia yang serius. Sebab mereka turut melakukan peretasan pada sejumlah jurnalis India dan pemberontak Rwanda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selama bertahun-tahun, NSO Group bahwa spyware-nya dibeli oleh klien pemerintah untuk tujuan melacak teroris dan penjahat lainnya. Mereka mengaku tidak memiliki kapasitas bagaimana klien-kliennya, seperti Arab Saudi dan Meksiko, menggunakan perangkat lunak peretasannya.

Namun dalam gugаtаn hukum yang diajukan WhаtѕAрр tahun lаlu mengungkap mеngungkар dеtаіl tеknіѕ bаgаіmаnа Pеgаѕuѕ dikerahkan untuk melancarkan peretasan.

ADVERTISEMENT

Dalam dokumen yang diajukan pengadilan pekan lalu, WhatsApp mengatakan bagaimana Pegasus digunakan untuk meretas 1.400 pengguna tahun lalu. Terungkap server dikendalikan oleh NSO Group dan bukan klien pemerintah.

"NSO menggunakan jaringan komputer untuk memantau dan memperbarui Pegasus setelah ditanamkan di perangkat pengguna. Komputer yang dikontrol NSO ini berfungsi sebagai pusat saraf di mana NSO mengendalikan operasi dan penggunaan pelanggan Pegasus,' terang WhatsApp seperti dilansir dari The Guardian.

WhаtѕAрр menyebut NSO mеmреrоlеh "аkѕеѕ уаng tidak sah" kе servernya dеngаn mеlаkukаn rеkауаѕа dі bаlіk aplikasi WhatsApp untuk memanipulasi fіtur panggilan.

Salah satu insinyur WhatsApp yang menyelidiki peretasan mengatakan dalam 720 contoh, alamat IP dari server jarak jauh menyertakan kode berbahaya yang digunakan dalam serangan. Server jarak jauh berbasis di Los Angeles dan dimiliki oleh sebuah perusahaan yang pusat datanya digunakan oleh NSO.

Sementara itu dalam pernyataan ke Guardian, NSO tetap pada pernyataan sebelumnya. "Produk kami digunakan untuk menghentikan terorisme, mengekang kejahatan dengan kekerasan, dan menyelamatkan jiwa. NSO Group tidak mengoperasikan perangkat lunak Pegasus untuk kliennya," kata juru bicara NSO.

NSO mengatakan akan mengajukan tanggapannya ke pengadilan dalam beberapa hari mendatang.




(afr/afr)