Demonstran Hong Kong disebut-sebut amat gemar memakai Telegram secara khusus dalam melakukan koordinasi aksi. Ini tak lepas dari kemampuan komunikasi terenkripsi di Telegram, yang secara teori membuat para demonstran bisa tetap anonim.
Untuk memakai Telegram, pengguna bisa melakukan pendaftaran hanya dengan memasang nomor telepon. Agar tetap anonim, pengguna bisa menutupi identitas asli dan juga menyembunyikan nomor telepon mereka lewat setelan privasi dalam aplikasi tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Akan tetapi, seperti diwartakan ZDNet, anonimitas itu kini terusik. Sejumlah engineer software di Hong Kong melaporkan adanya bug tertentu pada aplikasi Telegram. Disebutkan bahwa bug tersebut bikin nomor telepon pengguna tetap bisa kelihatan sekalipun mereka sudah menyetel tak ada yang bisa melihatnya.
Mereka mengatakan pula hal itu bisa membuat aktor tertentu, seperti penegak hukum atau dinas intelijen, mendapatkan nomor telepon asli yang dipakai saat pengguna membuat akun Telegram.
Lewat nomor telepon ini, dikatakan bahwa identitas asli para demonstran Hong Kong pun jadi bisa terlacak. Semisal dengan meminta data registrasi ke operator seluler nomor itu terdaftar.
(krs/asj)