Dalam sebuah hasil audit yang dirilis lembaga luar angkasa Amerika Serikat tersebut terungkap kalau pada awal 2018 ada serangan cyber terhadap NASA melalui sebuah Raspberry Pi yang disusupkan ke jaringan mereka, demikian dikutip detikINET dari Gizmodo, Rabu (26/6/2019).
Raspberry Pi ini bertindak layaknya sebuah portal alias pintu masuk bagi siapa pun yang mempunyai akses ke jaringan milik NASA selama berbulan-bulan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Raspberry Pi Kini Dukung Video 4K |
Sebagai informasi, Raspberry Pi adalah sebuah komputer mini. Ukurannya hanya sebesar telapak tangan, dan harganya hanya berkisar USD 35 atau sekitar Rp 500 ribuan. Komputer ini lazimnya dipakai untuk proyek-proyek do it yourself (DIY), media player, ataupun berbagai pekerjaan ringan lain.
Pada April 2018 Laboratory Jet Propulsion (JPL) milik NASA menyadari adanya hacker yang bisa mengakses sistem misi utama mereka. Akses tersebut didapat dari sebuah Raspberry Pi yang terhubung dengan jaringan JPL.
Peretasan lewat Raspberry Pi itu tak terdeteksi selama 10 bulan, dan si hacker sukses mencuri 23 file dengan ukuran 500 MB. Dua dari 23 file tersebut menyimpan informasi terkait penggunaan teknologi militer rahasia dan teknologi luar angkasa dalam misi Mars Curiosity Rover.
Parahnya adalah, JPL tak menyadari adanya sebuah Raspberry Pi terhubung ke jaringannya karena tak mempunyai sistem inventori yang akurat terhadap komponen yang ada di jaringannya. Mereka pun tak mempunyai sistem keamanan yang memonitor serangan cyber di jaringannya secara terus-menerus.
Akibat peretasan ini, NASA menyetop akses sejumlah divisinya terhadap gateway inti mereka karena ditakutkan si hacker bisa merusak pesawat luar angkasa yang sedang aktif. (asj/krs)